Translate

Wednesday 11 January 2017

RUDAL PERTAHANAN BUATAN INDONESIA YANG MEMATIKAN

INILAH RUDAL PERTAHANAN BUATAN INDONESIA YANG SANGAT MEMATIKAN, MEREKA HARUS TAKUT!!...

Indonesia dengan segala sumber daya alam dan kekayaan Intelektual nya telah berhasil menghasilkan berbagai produk dan inovasi kususnya di bidang teknologi antariksa dan militer. Sebut saja berbagai industri peralatan teknologi senjata militer dan teknologi penunjang lainya seperti industri pesawat terbang, kapal perang, panser, senapan serbu presisi tinggi, nano satelit, bom pesawat dan roket telah berhasil di produksi dan dikembangkan asli oleh putra-putri Indonesia.

Tidak hanya sampai disitu, saat ini Indonesia juga telah merambah pengembangan industri teknologi pesawat temput (jet tempur) bekerja sama dengan korea selatan Indonesia tengah berupaya menciptakan proyek pesawat tempur canggih generasi 4.5 dengan kemampuan siluman dengan diberi nama kode KFX/IFX (Korean Indonesia Fighter eXperiment).  Wow, sungguh upaya dan pencapaian yang luar biasa untuk negara tercinta ini dan semakin meningkatkan rasa cinta akan tanah air kita ini mengingat banyaknya potensi baik sumber daya alam maupun intelektual yang kita miliki.

Kali ini saya ingin membahas satu diantara beberapa pencapaian terbesar teknologi kedirgantaraan (antariksa) Indonesia yaitu proyek roket RX yang telah dimulai dikembangkan beberapa tahun lalu hingga saat ini.

Roket RX varian buatan Indonesia melalui LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Negara) ini punay misi yang sangat penting. Misi utamanya adalah untuk kemandirian peluncuran satelit nano ke luar angkasa (orbit rendah bumi), dimana LAPAN sendiri telah mampu membuat satelit nano sendiri.
RX sendiri adalah proyek uji coba roket LAPAN sebelum digunakan, sampai sekarang roket RX telah menjelma menjadi R-HAN atau Roket Pertahanan. Roket pertahanan apa saja yang telah dibuat Indonesia.
1. R-HAN 122

Setiap negara tentu memiliki alat-alat penunjang guna melindungi negaranya. Hal tersebut ditujukan untuk mengantisipasi jika dikemudian hari terjadi sebuah perang yang melibatkan negara yang bersangkutan. Begitu pula dengan negara kita, Indonesia. Semakin canggihnya teknologi membuat negara kita kian gencar mengaplikasikan alat-alat tempur yang dapat menunjang ketahanan dan kekuatan militer.
Salah satunya adalah dengan menciptakan sebuah Roket R-Han 122 yang mulai di kembangkan sejak beberapa waktu lalu. Roket R-Han 122 merupakan produksi dari negara kita sendiri, yang dikembangkan berdasarkan roket-roket terdahulu seperti D-230 tipe RX 1210 yang Kementerian Riset dan Teknologi kembangkan dengan kecepatan maksimal 1,8 mach (kecepatan suara).
Pada Maret 2012 lalu Roket R-Han 122 sudah di launching sebesar 50 buah pada Pusat Latihan Tempur TNI Angkatan Darat Baturaja, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan. Roket R-Han 122 ini memiliki fungsi sebagai sebuah senjata yang memiliki daya ledak cukup optimal menggunakan sasaran darat dan melalui jarak tembak yang cukup lumayan, yakni 15 kilometer.
Sedangkan untuk desain dari roket itu sendiri hampir menyerupai dengan model RM 70 Grad Marinir, hal itu di simpulkan berdasarkan kesamaan kaliber pada kedua bentuk roket tersebut. Roket R-Han 122 sendiri merupakan program dari Strategis Nasional yang ditujukan guna pemenuhan alutsista TNI yang, terutama pada deployment sistem senjata MLRS (Multiple Launch Rocket System). Program yang di konsepkan terjadi ada tujuh, dan salah satunya ialah roket R-Han ini.
Program pengembangan Roket R-Han 122 sendiri sudah di lakukan sejak tahun 2014 menggunakan biaya APBN. Roket tersebutt masih terus dalam pengembangan guna menciptakan varian terbaru dan untuk di sempurnakan lagi. Roket R-Han ini juga sudah melalui serangkaian uji yang mana uji tersebut di gunakan sebagai bahan penilaian tentang pengembangan roket tersebut.
Memiliki senjata sendiri guna memperkuat jajaran kemiliteran negara memang di perlukan untuk memperkuat posisi banding serta mengantisipasi jika datang masa dimana peperangan harus terjadi dan melibatkan negara kita sendiri. System pertahanan Indonesia harus terus ditingkatkan tiap tahunnya.
 Sampai saat ini TNI telah menggunakan roket R-HAN 122 sebagai alat utama sistem persenjataan yang dipasang di MLRS.
2. R-HAN 450


Setelah sebelumnya LAPAN sukses memproduksi RHAN 122 kini telah muncul roket pertahanan baru buatan LAPAN Indonesia dengan nama Rhan 450 Roket pertahanan ini merupakan hasil uji dari RX-450 yang akhirnya dikembangkan menjadi rudal pertahanan
Roket Pertahanan RHAN 450 akhirnya terbang setelah cukup lama diutak-atik oleh insinyur Indonesia.pada tanggal 16/12/2016 dan dinyatakan berhasil mencapai jarak sekitar +150 km, lebih jauh dari ujicoba terdahulu. 

Perjalanan RHAN 450

RHAN 450 mm pertama kali menjalani uji statis pada tanggal 21 Agustus 2014 yang dilakukan di Lapangan Sonda LAPAN, Pameungpeuk, Garut, Jawa Barat. RHAN 450 merupakan proyek dari  Balitbang Kemhan dan Konsorsium Roket Nasional. Roket RX-450 kemudian diluncurkan pertama kali bulan Mei 2015 dan berlangsung sukses. Target jangkauan peluncuran pada tahun 2015 adalah 100 km.Roket eXperiment RX 450 LAPAN, kini telah berubah menjadi RHAN 450 dan meluncur sekitar 150 km. Patut diduga Lapan dan Konsorsium Roket Nasional, telah berhasil melakukan peningkatan kualitas bahan bakar pendorong roket/ propelan.
Dengan perubahan nama dari RX 450 menjadi RHAN 450, berarti roket telah siap memasuki jalur produksi untuk menjadi Roket Pertahanan Indonesia.
Berdasarkan evaluasi strategis terhadap letak geografis Indonesia dan perkembangan situasi serta ancaman yang masih dihadapi, maka peroketan dalam bentuk sistem senjata adalah suatu keharusan dan perlu segera dikembangkan untuk pengembangan dan modernisasi TNI dalam menjawab tantangan, serta upaya membuat Indonesia tidak bergantung pada produk luar negeri, khususnya di bidang pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista).
3. RUDAL PETIR

Karena terbilang kompleks, penguasaan teknologi rudal yang mencakup elemen hulu ledak, aerodinamika, sistem pemandu, dan propulsi menjadi lambang kemajuan industri alutsista suatu negara. Dengan tekad kuat menuju kemandirian alutsista, setelah dirintis LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) lewat proyek RKX (Roket Kendali Experiment), kini giliran BUMS (Badan Usaha milik Swasta) nasional PT Sari Bahari menggebrak perhatian publik dengan diluncurkannya prototipe rudal permukaan ke permukaan berkecepatan subsonic yang diberi label Petir V-101.
 Meski sejarah awal berdirinya PT Sari Bahari bukan produsen senjata, namun debut perusahaan yang berbasis di Malang, Jawa Timur ini mulai membetot khalayak publik saat dipercaya sebagai pemasok bom (dumb bomb) P-100 untuk jet tempur Sukhoi Su-27/Su-30 Flanker Skadron 11 TNI AU. Berangkat dari order dan pengakuan dari otoritas pertahanan RI, menjadi motivasi yang kuat PT Sari Bahari untuk melanjutkan inovasi baru. Selain di segmen bom, sejak tahun 2014 PT Sari Bahari mulai merintis prototipe desain rudal Petir.
 Dan setelah melewat beberapa pengujian statis dan real flight, pada bulan Agustus 2014 Viper resmi diperkenalkan ke publik lewat media. Sejak 2014, tiga prototipe Petir menjalani serangkaian uji coba. Yang terakhir, pengujian terbang dilakukan di Pameungpeuk, Jawa Barat. Selama percobaan, Petir belum diisi hulu ledak karena hanya menguji aspek aerodinamika. ”Selanjutnya kami menguji sistem otopilotnya. Kalau berhasil, kami akan mengisi hulu ledaknya,” ujar seorang teknisi.
 Poin keunggulan Petir diantaranya mengadopsi sejumlah teknologi mutakhir untuk pengindraan sasaran. Diantaranya sudah mengadopsi multiple 3D point, ini lebih maju daripada rudal yang menggunakan seeker, konsekuensinya Petir nanti dibenamkan prosesor tingkat tinggi untuk memproses data sasaran tembak. Sayangnya Petir belum dirancang untuk menghajar sasaran bergerak, jadi masih di setting untuk menghancurkan target statis.
Sebagai rudal permukaan ke permukaan berkemampuan balistik, Petir dirancang untuk bisa diluncurkan dari peluncur di darat dan kapal perang. Dengan program yang ditanam rudal petir dapat di seting untuk menuju ke target sasaran vital tertentu yang tidak bergerak. Dengan titik kerendahan terbang berada pada ketinggian 20 meter, rudal ini juga mampu melintasi kontur sehingga meminimalkan untuk terbaca oleh radar dan menghindari frekuensi yang berubah-ubah, serta mereduksi resiko di jamming.

Mengenai spesifikasi dan kemampuannya, Petir menggunakan engine standar dengan kecepatan 260 kilometer per jam. Teknisi sedang merancang engine sendiri yang diharapkan mampu mendongkrak kecepatan Petir menjadi 500 km per jam. Rudal Petir disebut-sebut sudah diuji terbang, tinggal diuji ledak. Rencananya rudal tersebut akan diuji oleh Kemenhan dengan daya jangkau 40 km. Untuk hulu ledaknya dibekali bahan peledak 10 kg yang akan disuplai PT Dahana.
Dari segi rancangan, seperti nampak di foto, Petir bagaikan rudal jelajah Tomahawk dengan dukungan sirip tegak dan sayap utama. Ternyata teknisi memang sengaja memasang sirip menyerupai pesawat tempur untuk memudahkan pengendalian kecepatan. Jika engine- nya sudah siap, sirip nantinya akan dilepas. Dengan basis rudal permukaan ke permukaan, maka rudal ini ideal digunakan TNI AD dan TNI AL. 
 Spesifikasi Petir V-101
– Panjang: 1.850 mm
– Bentang sayap: 1.550 mm
– Berat tanpa hulu ledak: 20 kg
– Air frame set: carbon reinforced composite
– Propulsion system set: turbine engine thrust
– Berat hulu ledak: 10 kg
– Jarak jangkau pada uji perdana: 45 km
– Kecepatan uji tahap kedua: 260 km per jam
– Sistem elektronik: PID controller, 3D waypoint autopilot, GPS navigation, complete with 6 DoF sensors, dan 3 axis magnetometers

No comments:

Post a Comment