Translate

Thursday, 26 January 2017

MENGENAL RANTIS ELANG DAN RANTIS ARWANA BUATAN INDONESIA

MENGENAL RANTIS ELANG DAN RANTIS ARWANA BUATAN PT PINDAD INDONESIA.

Bila PT DI (Dirgantara Indonesia) menjadikan Airbus sebagai mitra strategis bagi pengembangan produk pesawat dan helikopter. Maka PT Pindad juga punya mitra strategis untuk bisnisnya, yakni dengan Renault Trucks Defense, sebagai penyuplai berbagai perangkat keras dan dukungan alih teknologi bagi rantis 4×4 dan panser Anoa 6×6. Meski panser Anoa adalah produksi dalam negeri, namun elemen powerpacks yang terdiri dari mesin, transmisi, sistem pendingin, dan drop box masih mencomot teknologi VAB 320 dari Renault.

1. RANTIS ELANG.

Dalam skema ToT (transfer of technology), selain penggarapan Anoa, Renault Trucks juga berpartisipasi dalam pengembangan rantis 4×4 yang dipoduksi Pindad, yaitu Komodo Intai 4×4 yang dibangun menggunakan rolling chassis Renault Sherpa. Kemudian ada lagi Elang Recon Vehicle 4×4. Kedua rantis lapis baja ini sama-sama digunakan pada Yonif Mekanis TNI AD, Komodo Intai 4×4 saat ini melengkapi Yonif Mekanis 203/AK, maka Elang Recon juga sudah dioperasikan oleh Yonif Mekanis 201 dan 202.
Beda antara Komodo dan Elang pun nyatanya tak jauh, bila Komodo mengusung rancangan bodi asli dari Pindad, sementara Elang asli mengambil dari desain Sherpa Light Scout 4×4 yang dirakit oleh PT Pindad. Sherpa Light juga bukan nama yang asing bagi turunan rantis TNI AD, tercatat Sherpa Light dalam varian Station Wagon digunakan oleh Arhanud TNI AD sebagai platform peluncur rudal Mistral. Secara teknis, tak ada perbedaan signifikan antara varian Sherpa Light Scout dan Light Station Wagon, hanya saja pada varian Scout pada bagian belakang mengusung model hard top cargo. Payload untuk cargo sanggup dimuati kapasitas hingga satu ton.
 Untuk kapasitas penumpang, berikut juru mudi, adalah 5 orang. Keluarga Sherpa Light juga dirancang full mobility untuk diangkut menggunakan pesawat angkut berat sekelas C-130 Hercules dan Airbus A400M Atlas. Rantis ini dibangun dengan bodi monokok, serta punya berat kosong 9 ton dan berat tempur 10 ton. Untuk dapur pacu, Sherpa Scout disokong mesin diesel 4 silinder 215 HP Turbo Charger dengan pendingin air. Bicara transmisi, menganut model automatic 6 forward/1 reverse. Punya kapasitas bahan bakarnya mencapai 190 liter yang dapat menjelajah hingga maksimum 850 km. Mengenai kecepatan, Elang bisa dikebut hingga 90 km per jam, sementara Sherpa Scout dalam websitenya disebut mampu melaju sampai 110 km per jam.

Untuk perlindungan, sekujur bodi Elang dapat menahan terjangan proyektil 7,62 mm (STANAG III). Bahkan lapisan baja dapat diperkuat dengan sistem add on keramik lapis baja. Sementara untuk lapisan kaca, punya ketebalan 38 mm, dibuat standar dengan mampu menahan proyektil 7,62 mm.
Sebagai kelengkapan standar, Komodo Intai dilengkapi winch dengan kemampuan tarik sampai 6 ton. Lainnya ada pioneer set, alat pemadam kebakaran, penyejuk udara, tookit , sampai jaring kamuflase. Sebagai fitur tambahan, ada perangkat komunikasi AM, FM Radio dan Intercom Set; 2x12V-100 Amp baterai) , GPS, dan NVG. Untuk persenjataan, bila pilihannya senapan mesin GPMG kaliber 7,62 mm, maka dapat disokong teknologi RCWS (Remote Control Weapon System).


Spesifikasi Elang Recon Vehicle 4×4:
– Konfigurasi: 4×4
– Dimensi: 5,5 x 2,25 x 2,5 meter
– Wheelbase: 3.450 mm
– Berat kosong: 9.500 kg
– Berat penuh: 10.000 kg
– Ground clearance: 330 mm
– Mesin: Diesel Sherpa MD-5 Euro 3 dengan empat silinder Turbo Charge Inter Cooler
– Transmisi: Allison S2500 automatic – 5 forward/1 reserve
– Pendingin mesin: Hydraulic Drive Cooling Fan
– Jenis ban: Runflat R 22.5
– Brake system: Hyrdopneumatic Control Disk Brake
– Kecepatan maks: 90 km per jam
– Radius putar: 10 meter
– Kapasitas bahan bakar: 190 liter
– Jarak jelajah maks: 850 km

2. RANTIS ARWANA.

 Korps Pasukan Khas (Korpaskhas) TNI Angkatan Udara berencana melakukan pengadaan ratusan kendaraan taktis (Rantis) baja untuk membantu pertahanan pangkalan udara sekaligus mobilisasi personel.

Terkait pengadaan ini, Direktur Utama PT Pindad Silmi Karim mendatangi Markas Komando Korpaskhas di Lapangan Udara Sulaiman, Margahayu, Bandung, beberapa hari lalu. Kunjungan ini merupakan kunjungan balasan setelah Komandan Korpaskhas Mareskal Muda TNI Adrian Wattimena berkunjung ke PT Pindad di Jalan Gatot Subroto, Bandung, awal 2015 lalu.

"Setelah kami melihat kemampuan rantis yang dipamerkan saat menyambangi Pindad, kami merasa rantis itu cocok dalam mendukung tugas Korpaskhas," ujar Adrian, melalui keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Senin (12/10/2015) pagi. 


Rantis baja yang mirip dengan Baracuda milik Polri tersebut rencananya difungsikan untuk dua tujuan. Pertama, bantuan pertahanan serta mobilisasi personel. Kedua, antisipasi kontijensi berupa perebutan pangkalan udara.

"Standarnya, memang harus ada rantis baja untuk melindungi alutsista di pangkalan udara di seluruh Indonesia," ujar Adrian. 
Rencananya, rantis baja tersebut akan ditempatkan di sembilan batalyon TNI AU di seluruh Indonesia, yakni dua batalyon di Jakarta, sementara sisanya masing-masing satu batalyon ada di Makassar, Malang, Madiun, Pontianak, Kalimantan Utara, Medan dan Biak. 
Direktur Utama PT Pindad Silmi Karim mengapresiasi rencana pengadaan rantis baja tersebut. 
"Saya saya sudah menyampaikan rencana tersebut kepada Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu," ujar Silmi.

No comments:

Post a Comment