SEJARAH DIDIRIKANNYA STTAL.
Sejarah singkat STTAL diawali dengan suatu peristiwa di mana pada tahun 1964 Angkatan Laut Republik Indonesia di bawah Menteri/Panglima Angkatan Laut Laksamana R.E. Martadinata menyadari sepenuhnya bahwa peralatan kesenjataan dan material yang digunakan oleh Angkatan Laut pada waktu itu semakin lama semakin modern dan canggih teknologinya. Menyikapi akan kondisi tersebut maka diperlukan tenaga-tenaga yang memiliki ilmu pengetahuan yang memadai dan ketrampilan untuk dapat menangani peralatan kesenjataan baik sebagai tenaga operasional, pemeliharaan dan perbaikan maupun pengembangannya. Penyediaan tenaga yang sesuai dengan tuntutan perkembangan teknologi merupakan tantangan bagi TNI AL pada masa itu, oleh karenanya pemimpin TNI AL merasa perlu adanya wadah tersendiri yang akan menghasilkan tenaga ahli dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi kemiliteran, kemaritiman dan keangkatanlautan.
Berdasarkan pola pemikiran tersebut dibentuklah Panitia Perumus Pendidikan Lanjutan yang diketuai oleh Kolonel Laut (E) Suparno dengan Surat Keputusan Menteri Panglima Angkatan Laut No. 5420.24 tanggal 24 Agustus 1964. Panitia Perumus tersebut mengusulkan tempat penyelenggaraan Pendidikan Lanjutan di komplek SESKOAL Cipulir-Jakarta. Sebagai tindak lanjut dibentuklah suatu gugus tugas dengan Surat Perintah Deputi II Men/Pangal Nomor: P.22/ 8/ 12 tanggal 2 Oktober 1964 yang anggotanya, meliputi: Laksda Suyono Suparto, Mayor Laut Soewarso M.Sc., Mayor Laut F.M. Parapat Phd., Kapten Laut Dr.A.J.Supardi, Kapten Laut Eduard Mambo, Kapten Laut Robert Liem, Dipl.Ing, Kapten Laut Ir. Lie Kok Toen, Kapten Laut Ir. Samri Leman dan Kapten Laut M.A. Tamimi Dipl.Ing. Hasil dari gugus tugas tersebut adalah keluarnya Surat Keputusan Menteri/Panglima Angkatan Laut Nomor: 5401.36 tanggal 10 Nopember 1965 tentang berdirinya Institut Ilmiah Angkatan Laut (IIAL).
Saat yang paling bersejarah bagi TNI AL khususnya STTAL adalah peresmian pembukaan IIAL Angkatan I pada tanggal 15 Maret 1966 di Aula Yos Sudarso SESKOAL Cipulir oleh Menteri/Panglima Angkatan Laut Laksamana Mulyadi dengan Surat Keputusan No. 1520.11 tanggal 28 Februari 1966, yang dibuka dalam tiga jurusan, yaitu: Jurusan Teknik Mesin, Teknik Elektro, dan Teknik Kimia. Pembukaan IIAL Angkatan I pada tanggal 15 Maret 1966 inilah yang kemudian dijadikan sebagai hari jadi IIAL/STTAL dimana secara resmi dimulai kegiatan pembelajaran.
Dalam perkembangannya untuk mendapatkan pengakuan (akreditasi) dari Departemen P dan K berdasarkan saran dari Ditjen Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (PTIP) pada waktu itu, IIAL berubah nama menjadi STTAL (Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut). Pengakuan dari Departemen P dan K tersebut terwujud dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Bersama antara Panglima Angkatan Laut Republik Indonesia dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor: 1520.20 dan Nomor: I/KB/PK/68 tanggal 14 Nopember 1968 tentang Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut. Didalam keputusan tersebut ditetapkan bahwa:
Pertama, Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut sebagai program edukasional reguler dari IIAL diselenggarakan oleh Angkatan Laut Republik Indonesia dengan tingkat studi sebagai “Post-BaccalaureateStudy” selama tiga tahun dan dengan kebulatan sebagai sarjana lengkap.
Kedua, Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut berkedudukan sebagai Perguruan Tinggi Kedinasan.
Ketiga, untuk bimbingan akademis, Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut bekerja sama dengan Institut Teknologi Bandung (STTAL).
Keempat, segala biaya yang diperlukan untuk penyelenggaraan Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut dibebankan pada anggaran Angkatan Laut Republik Indonesia.
Pada awal pembentukan STTAL/IIAL, SESKOAL dan SEKUAL merupakan komponen pendidikan LEMHANMAR sebagai pelaksana dalam bidang pendidikan lanjutan, penelitian dan pengembangan IPTEK. Dalam perkembangan selanjutnya LEMHANMAR dibubarkan pada tahun 1970, dan dibentuklah Komando Pengembangan dan Pendidikan Angkatan Laut (KOBANGDIKAL) berdasarkan Keppres No. 79 tahun 1969 tentang organisasi Departemen Hankam. Maka berdasarkan Surat Keputusan Danjen Kobangdikal Nomor: Skep/1502.63/BDIK/V/1972 tanggal 10 Mei 1972 secara organisatoris dan administratif STTAL/IIAL berada dibawah Danjen Kobangdikal. Program pendidikan STTAL/IIAL Angkatan I (1966) sampai dengan Angkatan VII dilaksanakan di kampus SESKOAL Cipulir-Jakarta. Dengan telah selesainya pembangunan gedung kampus STTAL yang berada di komplek Kobangdikal Bumimoro-Surabaya maka sejak tahun 1985 (STTAL Angkatan VIII) pendidikan dilaksanakan di Kobangdikal Surabaya. STTAL selanjutnya setahap demi setahap mengalami perubahan dan perkembangan yang cukup pesat serta memiliki peranan yang sangat strategis dalam dinamika pembangunan nasional.
Dalam perkembangannya, pada tahun 1998 berdasarkan Surat Keputusan Kepala Staf Angkatan Laut Nomor Skep/756/III/1998 tanggal 30 Maret 1998, STTAL membuka jurusan/program studi Teknik Mesin, Teknik Elektro dan Teknik Manajemen Industri dan Hidrografi. Pembukaan tersebut mendapatkan persetujuan dari Dirjen Dikti Departemen Pendidikan dan Kebudayaan melalui Surat nomor 2664/DIT/1999 tanggal 22 Oktober 1999, yang menyetujui pembukaan jurusan/program studi S1 di lingkungan STTAL meliputi: Jurusan/Program Studi Teknik Mesin, Teknik Elektro, Teknik Manajemen Industri, dan Hidrografi. Para mahasiswa yang menempuh program studi S1 di STTAL berasal dari strata Perwira dengan pangkat Lettu sampai dengan Kapten lulusan Akademi Angkatan Laut (AAL), Akademi Militer (AKMIL), dan Akademi Angkatan Udara (AAU) yang waktu itu masih diakui strata Diploma tiga.
Pada tahun 2005, STTAL membuka program Diploma tiga (DIII). Program DIII mendapatkan persetujuan dari Ditjen Dikti berdasarkan Surat Ditjen Dikti Departemen Pendidikan Nasional Nomor 1946/D/T/2009 tanggal 30 Oktober 2009. STTAL membuka program DIII, dengan program studi meliputi: Teknik Mesin, Teknik Informatika, Teknik Elektronika, dan Hidro Oseanografi. Para mahasiswa program diploma tiga tersebut berasal dari prajurit TNI AL, TNI AD, TNI AU, dan Polri pada strata Bintara dengan pangkat Sertu sampai dengan Serma.
Pada tahun 2012, karena terdapat perubahan dalam persyaratan akreditasi, maka STTAL diwajibkan memperbarui ijin operasional program studinya, baik DIII maupun S1. Berdasarkan Surat Dirjen Dikti Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 7212/E2.3/T/2012 tanggal 16 Oktober 2012 diperoleh Rekomendasi Perpanjangan Izin Program Studi S1 di STTAL Surabaya, dan berdasarkan Surat Dirjen Dikti Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 7224/E2.3/T/2012 tanggal 16 Oktober 2012 diperoleh Rekomendasi Perpanjangan Izin Program Studi DIII di STTAL Surabaya.
Sebagai perguruan tinggi yang dikelola Kementerian lain (Kementerian Pertahanan), keberadaan STTAL telah diakui oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Untuk dapat melaksanakan reakreditasi program studi S1 dan akreditasi DIII serta agar bisa masuk dalam sistem Pangkalan Data Perguruan Tinggi (PDPT) Ditjen Dikti, maka STTAL mengajukan Nomor Induk Perguruan Tinggi (NIPT) dan Nomor Induk Program Studi (NIPS) ke Dirjen Dikti. STTAL kini telah mendapatkan NIPT dan NIPS, dan dapat masuk dalam pelaporan Pangkalan Data Perguruan Tinggi Ditjen Dikti. Data kode NIPT STTAL adalah 473001. Sedangkan kode NIPS masing-masing program studi, yang dapat diuraikan sebagai berikut:
- Program Studi S2 Analisis Sistem dan Riset Operasi, NIPS: 31105;
- Program Studi S1 Teknik Mesin, NIPS: 2101;
- Program Studi S1 Teknik Elektro, NIPS: 20201;
- Program Studi S1 Teknik Manajemen Industri, NIPS: 26201;
- Program Studi S1 Hidrografi, NIPS: 38201;
- Program Studi DIII Teknik Mesin, NIPS: 21401;
- Program Studi DIII Teknik Elektronika, NIPS: 20401;
- Program Studi DIII Teknik Informatika, NIPS: 55401;
- Program Studi DIII Hidro Oseanografi, NIPS: 38401.
KARYA STTAL BERUPA KAPAL SILUMAN.
Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut (STTAL) berhasil menciptakan sejumlah alat utama sistem persenjataan (alutsista) yang bisa digunakan untuk membantu kebutuhan persenjataan TNI AL.
Salah satunya berupa kapal tanpa awak (drone). Kapal yang diberi nama Platform Stealth Fast Attack Vehicle ini didukung kemampuan laju mencapai 30knot.
Menariknya, drone ini dilengkapi sistem antiradar dan senjata otomatis berupa meriam 7,6 mm.
Kapal ini dikembangkan empat orang diantaranya, Kapten Laut (T) Fandi Tri Prasetya sebagai analisa kekuatan bahan dan kemampuan teknologi siluman, Kapten Laut (T) Saibo Darma Otario sebagai analisa tahanan dan propulsi, Kapten Laut (T) Yopie Lutfian Arief sebagai analisa stabilitas dam seakeeping dan Kapten Laut (T) Masligar Farsida sebagai analisa dan perancangan bangunan kapal.
Fungsi kapal tanpa awak ini untuk menjaga perairan Indonesia seiring keterbatasan personel TNI AL.
“Dalam tugasnya, kapal ini memiliki daya tangkal terhadap ancaman pertahanan, khususnya di perairan, kepulauan dan wilayah pantai."
Menariknya, drone ini dilengkapi sistem antiradar. Drone ini hanyalah satu dari sekian banyak karya alutsista hasil tugas akhir (TA) 130 perwira dan bintara lulusan STTAL yang menjalani wisuda di Gedung Moelyadi Bumimoro Surabaya, kemarin. Ada 24 produk yang dipamerkan dan diujicobakan di hadapan Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Ade Supandi.
Karya-karya tersebut dihasilkan oleh 36 perwira yang menempuh program magister (S2) Program Studi Analisis Sistem dan Riset Operasi (ASRO) Angkatan 2 dan 3, 57 perwira program sarjana S1 Angkatan XXXV dan 37 bintara program Diploma 3 Angkatan IX. Drone tersebut menarik perhatian KSAL. Selain antiradar karena beberapa lekukan yang presisi, kapal ini juga dilengkapi senjata. Dalam uji coba kemarin, bagian atas drone langsung terbuka dan secara hidrolis muncul laras senjata otomatis berupa meriam 7,6 mm.
Laras bergerak kanan-kiri, atas-bawah mencari sasaran tembak. Sistem kerjanya terintegrasi jarak jauh. Kapal ini dikembangkan Kapten Laut (T) Fandi Tri Prasetya, salah seorang wisudawan. Fandi menjelaskan, kapal hasil pengembangannya memiliki kemampuan siluman yang tidak terdeteksi radar. Selain itu, memiliki serangan cepat (fast attack ).
Sistem terintegrasi yang ada untuk meminimalisir kemungkinan kerugian personel,” terang Fandi. Dari karya hasil pengembangannya ini, Fandi berharap mampu menjawab permasalahan keamanan, terutama menyikapi maraknya kejahatan di laut. Yakni, penyelundupan narkoba, illegal fishing, illegal logging, human trafficking, dan pelanggaran batas wilayah negara.
Karya lain yang juga menarik perhatian KSAL adalah robot otomatis pendeteksi dan penanda ranjau darat antitank berbasis Atmega 2560. Robot ini dikembangkan Serka SAA Romadhon Junaidi serta Sertu Eko Sandi Budi Waluyo. “Sensor logam yang terpasang mampu mendeteksi ranjau hingga kedalaman enam sentimeter. Ketika adaranjau, robotmengeluarkan bunyi,” tutur Romadhon.
KSAL minta inovasi ini terus dikembangkan. “Ini (robot otomatis pendeteksi dan penanda ranjau darat) kembangkan. Jangan untuk kedalaman enam sentimeter, ditambah,” pinta Ade Supandi yang disanggupi Romadhon serta Sandhi Budi. “Ini (karya) akan dikembangkan dan diujicoba untuk disempurnakan. Uji desain dan lainnya akan dilakukan di Jakarta. Inovasi itu mahal untuk masa depan,” kata KSAL. Menurutnya, teknologi militer AL akan terus dikembangkan.
“Di tengah-tengah situasi geoekonomi global yang mempengaruhi bergesernya pusat perekonomian dunia dari poros Amerika-Eropa ke Asia Pasifik pada abad 21, lulusan STTAL harus memiliki peran yang sangat diperhitungkan. Tidak hanya ditingkat nasional saja, tetapi juga ditingkat internasional,” tandas mantan Pangarmatim ini.
Sementara itu, Komandan STTAL Laksamana Pertama TNI Siswo Hadi Sumantri mengemukakan, lulusan STTAL siap ditempatkan di satuan-satuan strategis yang membutuhkan pemikiran dan keahlian di bidang teknologi pertahanan. “Sampai saat ini alumni STTAL telah berjumlah sebanyak 1.676 yang tersebar di satuan- satuan strategis TNI dan Polri. Bahkan sudah banyak di antara mereka yang telah menduduki jabatan bintang satu sampai dengan bintang tiga. Selain itu, menjadi tokoh-tokoh iptek pertahanan yang disegani di kancah pembangunan nasional,” kata Siswo Hadi.
No comments:
Post a Comment