Translate

Saturday 28 January 2017

PESAWAT N-219 KARYA ANAK BANGSA DITARGETKAN TERBANG PADA APRIL 2017. Semoga Gak Molor Lagi.

PESAWAT ASLI KARYA ANAK BANGSA DITERGETKAN TERBANG PERDANA PADA BULAN APRIL 2017. SEMOGA GAK MOLOR LAGI.


Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, M Nasir, memastikan bahwa pesawat terbang N-219 siap uji terbang pada April 2017. Menurutnya, roda pendaratan dan sayapnya sudah selesai, hanya tinggal perakitannya ke depan. Proses perakitan akan diselesaikan hingga akhir Maret 2017.
“Uji terbang direncanakan di Bandung. Nanti area terbangnya selama 200-300 jam di seluruh Indonesia. Kalau ini sudah selesai, kemudian 2018 sudah bisa berproduksi,” ujar M Nasir di Semarang, Jumat (27/1).
Lebih lanjut, Menristekdikti menjelaskan bahwa untuk berbagai perizinannya juga sudah dikantongi, hanya tinggal izin terbang saja yang jika sudah bisa diselesaikan berarti bisa dilakukan produksi secara massal.
 
“Untuk produksi, suku cadang sudah ada dukungan, sudah mendapatkan sertifikat juga. Tinggal masalah uji terbang,” kata sosok kelahiran Ngawi, Jawa Timur, 27 Juni 1960 itu.
Nasir juga memastikan bahwa pesawat N-219 yang dibuat PT Dirgantara Indonesia itu 100 persen adalah buatan anak Indonesia. “Ini 100 persen buatan anak Indonesia, cuma komponennya ada yang dari asing, sebagian ada yang dari Indonesia. Tetapi, pembuatannya semua dilakukan orang Indonesia,” katanya.
Hingga lima tahun ke depan, keperluan Indonesia akan pesawat terbang turboprop berkapasitas 20 tempat duduk diperkirakan hingga menyentuh angka hampir 100 unit. Angka ini semakin tinggi jika memasukkan keperluan pasar regional.

 *KEUNGGULAN DAN KECANGGIHAN PESAWAT ASLI BUATAN ANAK BANGSA N-219.

 Pesawat N219 dirancang mengungguli pesawat pesaing terdekatnya, yakni Twin Otter, yang dominan digunakan melayani penerbangan perintis di Indonesia. Salah satu kelebihan pesawat N219 itu dirancang mampu mengangkat beban kargo lebih banyak dari pesaingnya. Twin Otter misalnya maksimal punya kemampuan angkut kargo 1.800 kilogram, tapi N219 dirancang mampu mengangkut beban kargo hingga 2.300 kilogram.

Kelebihan lainnya, kecepatan maksimal pesawat N219 bisa menembus 210 knott sementara Twin Otter hanya 170 knott. N219 juga dirancang tetap bisa take off danlanding tanpa mengurangi muatannya pada landasan dengan ketinggian 5 ribu feet, lokasi bandara tertinggi di Indonesia.
Pesawat N219 dirancang dapat mengangkut 19 penumpang dalam dua baris. Bagian kanan 14 tempat duduk (2x7) dan bagian kiri 5 tempat duduk (1x5). Tinggi kabin 1,7 meter, lebih lega dibanding Twin Otter yang tinggi kabin dalamnya hanya 1,5 meter. Pesawat itu juga dirancang mampu terbang di landasan pendek 500 meter.
Pesawat N219 memiliki kecanggihan pada kokpitnya yakni 

Pesawat ini dilengkapi dengan teknologi synthetic vision.


Synthetic Vision Technology (SVT) adalah sistem komputer yang menampilkan citra lingkungan sekitar pesawat di layar utama kokpit (multi function display/MFD). Layar akan menampilkan kontur permukaan bumi (topografi) dalam model tiga dimensi (3D), komplit dengan informasi-informasi utama penerbangan (primary flight display/PFD) yang dibutuhkan pilot, seperti altitude (ketinggian), airspeed (kecepatan di udara), serta attitude pesawat. 

"Synthetic vision ini seperti main game, semua data informasi ditampilkan, kalau ada data gunung di sekitar kita bisa masukkan dan disinkronisasi," kata Direktur Teknologi dan Pengembangan PT DI, Andi Alisjahbana

"Jadi kalau di depan ada gunung, ya beneran ada, gunungnya akan keliatan (di layar)," imbuh Andi di sela peluncuran pesawat N219 di hangar PT DI, Bandung, Jawa Barat.

Menurut Andi, teknologi SVT ini bisa membantu pilot dan kopilot dalam mengambil keputusan. Meskipun dalam kondisi gelap atau saat ada kabut, pilot tetap bisa melihat kondisi alam sekeliling.

"Ini bisa dikatakan sebagai teknologi yang bisa menyelamatkan orang," katanya.

Fitur Utama.

  • Fungsi: angkut penumpang dan kargo (Multi fungsi, dapat dikonfigurasi ulang)
  • Kapasitas: 19 Penumpang (konfigurasi tiga sejajar)
  • Kinerja lepas landas dan mendarat: jarak pendek/STOL (600 m)
  • Biaya operasional: rendah
  • Mesin: 2 x 850 shp

Kinerja.
  • Kecepatan jelajah maksimum: 395 km / jam (213 KTS)
  • Kecepatan jelajah ekonomis: 352 km / jam (190 KTS)
  • Rata rata feri Maksimum: 1580 Nm
  • jarak lepas landas (halangan 35 kaki): 465 m, ISA, SL
  • jarak mendarat (halangan 50 kaki): 510 m, ISA, SL
  • Kecepatan jatuh (stall): 73 KTS
  • Berat lepas landas maksimum (MTOW): 7270 kg (16,000 lbs)
  • Muatan Maksimum: 2500 kg (5511 lb)
  • Tingkat panjat 2300 kaki / menit (semua mesin operasi)
  • Jarak: 600 Nm
 PERJALANAN PESAWAT N-219 .


*Tampil pertama kali di hadapan publik.
  Pesawat buatan anak bangsa, N219, resmi diperkenalkan ke publik pada 15 Desember 2015. Pesawat sipil kedua setelah N250 itu dipamaerkan perdana di hadapan publik di hanggar PT Dirgantara Indonesia (PTDI) Bandung, Jawa Barat.

Saat itu Kepala Lapan Thomas Jamaludin mengatakan, penampilan perdana pesawat N219 memiliki dua arti penting, yakni pengembangan pesawat itu ditujukan untuk membangun kemandirian industri pesawat terbang. Di sisi lain, menjadi bagian dari kebangkitan kembali industri pesawat terbang nasional setelah Indonesia meluncurkan N250 pada 1995.

“Pesawat ini dirancang sesuai dengan kondisi daerah terpencil di Indonesia, sehingga ditujukan untuk konektivitas daerah-daerah terpencil,” ujarnya, Kamis (10/12/2015).

Dia menyebutkan, pesawat yang bisa bermanuver di daerah berbukit itu direncanakan terbang perdana pada pertengahan 2016. Dilanjutkan sertifikasi paling lambat ditargetkan awal 2017. “Baru pada 2017 kita targetkan produksi massal,” imbuhnya.

Hal senada disampaikan Direktur Utama PTDI Budi Santoso. Dia mengatakan, pesawat N219 bisa menjadi awal kebangkitan industri penerbangan Indonesia. Mengingat masih banyak maskapai yang melayani rute penerbangan antar kota di daerah terpencil, seperti Aceh, Papua dan beberapa daerah lain.

“Di daerah seperti itu perjalanan darat bisa 12 jam, kalau dengan pesawat kecil bisa 45 menit. Ini menjadi peluang bagi maskapai yang melayani rute jarak dekat, dan itu menjadi pangsa pasar bagi N219,” terangnya.

Budi berharap, N219 mampu menjawab kebutuhan konsumen terutama yang melayani operasional perintis. Dia optimistis mampu menguasai pasar pesawat terbang di kelasnya. “Banyak pesanan yang telah dilakukan oleh berbagai maskapai, baik domestik maupun internasional,” ungkap Budi.

Tidak seperti pendahulunya yang langsung diberi nama, pesawat berawak 19 penumpang tersebut belum memiliki nama. Pasalnya, Presiden RI Joko Widodo yang dijadwalkan hadir mewakilkannya dengan alasan kesehatan.

“Pak Presiden menugaskan saya menghadiri penampilan perdana ini karena beliau sakit flu seperti yang sedang menyerang banyak orang sekarang ini,” ujar Menko Polhukam Luhut B Panjaitan, sebelum membacakan sambutan Jokowi.

Dalam sambutan tersebut, presiden memaparkan peluang besar pada industri penerbangan khususnya di pasar domestik maupun mancanegara. Di kelas pesawat perintis yang digunakan khususnya di daerah-daerah terpencil di Indonesia, Twin Otter merajai.
“Pesawat di kelas yang sama kabarnya sudah terbatas dan berumur bahkan sudah ada yang melewati masa terbang. Saya menyambut baik N219 demi mempercepat konektivitas yang mrnghubungkan nusantara,” tutur Jokowi, seperti dibacakan Luhut.

Luhut sendiri mengaku sangat bangga berkesempatan menyaksikan langsung penampilan perdana karya anak bangsa. Disinggung mengenai keinginan Jokowi terhadap industri penerbangan Indonesia, dia menyatakan sesuai dengan visi ke depan yakni visi kompetisi.

“Pak Presiden ingin, setelah N219 berhasil, Lapan dan PTDI bisa mengembangkan yang lebih besar lagi. Beliau ingin melihat industri penerbangan kita bisa memenuhi pasar dunia,” tandas Luhut.

*Rencana uji terbang pertama pada bulan Agustus
Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin mengatakan, uji terbang pertama atau first flight pesawat perintis N219 buatan bersama lembaganya dengan PT Dirgantara Indonesia dipastikan mundur dari jadwal semula yang dijadwalkan Mei ini. “Diharapkan sekitar bulan Agustus sampai Oktober,” kata dia di Bandung, Kamis, 14 April 2016.

Thomas mengatakan, kendati jadwal uji terbang pertama molor, target produksi tetap tidak berubah. “Tahun 2017 harus sudah mulai produksi N219,” kata dia.

Menurut Thomas, jadwal pengujian terbang pertama pesawat itu mundur karena soal teknis sertifikasi. “Masalah teknis saja, untuk sertifikasi harus betul-betul cermat karena mengikuti standar internasional,” kata dia.

Thomas mengatakan, untuk bisa memenuhi persyaratan uji terbang pertama itu, purwarupa N219 itu harus mengantungi sertifikasi. “Sertifikasi untuk terbang perdana itu harus dipenuhi dulu dari Kementerian Perhubungan, setelah itu nanti uji terbang beberapa kali sampai semua sertifikasi lengkap untuk sampai produksi,” kata dia.

 Kepala Program N219 PT Dirgantara Indonesia Budi Sampurno membenarkan mundurnya jadwal uji terbang pertama prototipe pesawat itu. “Berkaitan dengan sertifikasi komponen-komponen yang memang banyak. Semua komponen harus dipastikan aman,” kata dia dihubungi lewat telepon, Kamis, 14 April 2016.

Budi mengatakan, mundurnya jadwal itu disebabkan teknis administrasi untuk izin sertifikasi dari otoritas yakni Kementerian Perhubungan. “Jadwal bisa lebih cepat atau terlambat tergantung izin sertifikasi komponen,” kata dia.

Menurut Budi, proses sertifikasi komponen sendiri sudah mencapai 75 persen. Kendati demikian, prototipe N219 harus melewati serangkaian pengujian sistem di darat. “Kita akan lebih banyak menghabiskan waktu untuk tes integrasi sistem di ground, masing-masing sistem di tes satu-satu, dipastikan semua berfungsi. Istilahnya engine ground run, setelah semua beres baru bisa (uji terbang pertama),” kata dia.

Budi mengatakan, uji terbang pertama pesawat itu menjadi persyaratan mutlak untuk pengucuran anggaran pemerintah selanjutnya, agar pesawat itu bisa memasuki fase produksi massal. “Kita harus tunjukkan bahwa program ini berjala sesuai on the track, jadi kalau itu tercapai mudah-mudahan janji pemerintah akan support 100 persen bisa dipenuhi,” kata dia.

Budi mengatakan, pesawat itu membutuhkan 660 jam terbang untuk mendapatkan sertifikasi layak terbang Indonesia. “Kalau 2016 sudah mendapat persyaratan laik terbang, maka 2017 bisa di deliver ke customer. Dan tahun 2017 jgua kita akan aplikasi untuk international sertification,” kata dia.

Pesawat N219 dirancang mengungguli pesawat pesaing terdekatnya yakni Twin Otter yang dominan digunakan melayani penerbangan perintis di Indonesia. Salah satu kelebihan pesawat N219 itu dirancang mampu mengangkat beban kargo lebih banyak dari pesaingnya.

* RENCANA UJI TERBANG KEDUA PADA BULAN NOVEMBER
Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia Budi Santoso mengatakan jadwal penerbangan perdana pesawat N219 produksi terbaru perusahaannya bersama Lapan direncanakan November 2016. “Sekarang sedang menguji strukturnya,” kata dia di Bandung, Kamis, 18 Agustus 2016.

Budi mengatakan tes penerbangan pertama pesawat itu baru bisa dilakukan setelah tes struktur selesai. Tes tersebut dijadwalkan rampung November ini. “Tes ini agak memerlukan waktu, juga untuk mencocokkan perhitungan kita,” kata dia.

Menurut Budi, proses pengujian itu dilakukan bersamaan dengan proses sertifikasi seluruh komponen pesawat. “Semua komponen itu harus diketahui untuk proses sertifikasinya. Beda dengan bikin mobil dulu, terus sertifikasi. Ini pasang baut, bautnya juga harus disertifikasi. Dan itu memang administrasinya panjang. Tapi harus dikerjakan,” kata dia.

Budi mengakui, jadwal terbang perdana molor karena proses sertifikasi itu. “Sertifikasinya ini kita punya banyak problem di administrasi. Barang tidak bisa dipasang sebelum administrasinya beres,” kata dia.

Menurut Budi, proses kontrak produksi pesawat ini pun akan ditandatangani setelah pesawat itu dinyatakan laik terbang. Dari letter of intent yang sudah diteken sejumlah maskapai yang berminat membeli pesawat N219 itu, proses produksi untuk memenuhi permintaan memakan waktu tiga tahun.


* RENCANA TERBANG PERDANA UNTUK KETIGA KALINYA PADA BULAN DESEMBER
Pesawat karya anak bangsa N219 yang didesain PT Dirgantara Indonesia (PTDI) diharapkan bisa terbang perdana (first flight) pada Desember. Hal ini diungkapkan Direktur Produksi PTDI Arie Wibowo ketika bertemu di Kementerian Perhubungan Jakarta kemarin (1 /11). Direktur Teknologi dan Pengembangan Andi Alisjahbana yang ditemui usai pembukaan Indo Defence 2016 Expo & Forum di Jakarta (2/11) siang juga menegaskan hal tersebut.
Menurut Arie, proses pembuatan pesawat berkapasitas 19 penumpang itu berjalan terus. Namun ada beberapa pekerjaan yang masih memerlukan proses untuk diselesaikan, seperti sertifikasi beberapa komponen. “Ini memang biasa untuk suatu desain pesawat yang baru. Tidak ada desain yang diubah hanya komponen-komponen yang dibuat lokal itu memerlukan sertifikasi dan ini membutuhkan waktu,” ujarnya.
Andi pun mengatakan, “Masih banyak yang harus kita tes, seperti landing gear drop test dan tes berbagai komponen lain. Sertifikasi tiap komponen jalan terus sampai sekarang. Setiap satu komponen jadi, dicocokkan dengan gambar. Kalau cocok, disertifikasi, dan boleh dipasang. Ini juga yang membuat lama dan waktu terbangnya mundur.” Kata dia, banyak hal yang harus diperhatikan sebelum pesawat melakukan first flight, seperti kesiapan pesawat dari berbagai pengujian.
Untuk terbang perdana N219 itu, menurut Andi, skenarionya sudah disusun. “Nanti pesawat akan membawa fuel untuk satu jam terbang. Namun yang terpenting adalah ada 200 parameter yang diukur ketika first flight ini,” ungkapnya. Jika pesawat sudah terbang perdana, proses sertifikasi kelaikan terbangnya dimulai.
Rencananya, pesawat yang diperuntukan bagi penerbangan ke pelosok-pelosok, terutama di kawasan timur Indonesia, ini bisa diproduksi tahun 2017.  Andi menjelaskan bahwa pesawat N219 yang berbahan aluminium 20 dan 24, seperti yang digunakan pada NC212 dan CN235, itu bukan pesawat “mewah”, tapi fungsional yang diproduksi khususnya untuk penerbangan perintis. “Kami juga tak menargetkan untuk menjualnya dengan produksi besar di pasar internasional. Yang paling besar adalah untuk pasar Indonesia, kemudian di Asia ada sedikit dan di Afrika,” ucapnya.
Pesawat N219 dibangun dengan unsur lokalitas yang kental. Arie mengatakan, selain  komponen-komponen inti, seperti mesin PT6-42 dari Pratt & Whitney, avionik Garmin 1000, dan propeller buatan Hartzell Propeller Inc., jig dan semua komponen diupayakan produksi dalam negeri. “Kami bermitra dengan berbagai perusahaan yang memroduksinya. Begitu pula dengan landing gear, yang dibuat oleh gabungan perusahaan lokal,” ujarnya.
Biaya pengembangan N219 sampai tahun 2017 sekitar Rp500miliar. “Dana ini ada yang dari perusahaan sendiri dan dari Lapan (Pemerintah),” ujar Andi, yang seperti juga Arie tetap optimis N219 bisa terbang dan diproduksi PTDI, kemudian dipasarkan dan dioperasikan di seluruh pelosok Nusantara.

* RENCANA UJI COBA TERAKHIR PADA BULAN JANUARI 2017 SERTA MULAI DI PRODUKSI MASAL.
Semoga saja ini benar-benar rencana yang akan menjadi sebuah kenyataan setelah 3x gagal uji terbang karena kurang siap kita doakan bersama semoga PT.DI dan LAPAN bisa benar-benar menguji coba pesawat kebanggaan Indonesia tersebut dan segera menghiasi langit Nusantara..

No comments:

Post a Comment