Translate

Saturday, 21 January 2017

MENGENAL DRONE OS-WIFANUSA BUATAN INDONESIA SANG PENJAGA PERBATASAN RI-MALAYSIA

MENGENAL DRONE OS-WIFANUSA DRONE AMPHIBI PERTAMA KARYA ANAK BANGSA  INDONESIA SANG PENJAGA PERBATASAN RI-MALAYSIA.


OS-Wifanusa, pesawat amphibi yang awalnya dirancang sebagai wahana transportasi alternatif di wilayah kepulauan, telah berhasil mencapai satu tahapan spektakuler.

OS-Wifanusa skala 1:3 dan 1:2 telah bermetamorfosis menjadi pesawat terbang tanpa awak (PTTA) alias drone super canggih, dan sudah mengantongi sertifikat Kelaikan Udara Miiter dan Indonesian Military Airworthiness Autority (IMAA) Kementerian Pertahanan RI, bahkan sudah resmi dimiliki oleh Kemhan sebanyak tiga set yang berjumlah enam unit PTTA tersebut.

"Kami masih menyelesaikan detail desain untuk merealisasikan OS-Wifanusa yang berpenumpang (berawak). Karena proses pembuatan pesawat berawak banyak regulasi dan persyaratan yang tentu harus kami patuhi dan ini butuh waktu yang relatif lama," ujar Yulian Paonganan, salah satu inventor drone OS-Wifanusa.  

Dia menjelaskan,  bertiga sebagai inventor dari pesawat bersama Laksamana TNI Ade Supandi dan Oky Suanandi, dibantu chief engineering Hisar Pasaribu, serta sejumlah anak bangsa yang nasionalismenya tidak diragukan lagi.

"Karya ini kami persembahkan untuk negara kesatuan Republik Indonesia," ujarnya.

Mereka berjibaku selama sekitar 3 tahun dalam melakukan riset pembuatan pesawat amphibi yang diberi nama OS-Wifanusa, dan akhirnya membuahkan hasil.

Ongen, panggilan akrab Yulian Paonganan, menjelaskan bahwa untuk drone yang sudah mengantongi sertifikat IMAA akan terus dimantapkan lagi, meskipun sudah dikategorikan sebagai drone canggih. "Jika perlu kita akan kengkapi dengan persenjataan," kata Ongen.

Drone OS-Wifanusa yang memiliki kemampuan amphibi itu ada dua tipe, yaitu OS-Wifanusa SL-D70 (wingspan 4.2m) dan OS-Wifanusa SL-D28 (wingspan 6.4m) dengan endurance 6 jam-8 jam dan 8 jam-10 jam. Mampu terbang autonomous dengan jangkauan telemetri mencapai 100 km dan membawa kamera canggih untuk surveillance dan pemetaan.
Setelah sebulan lebih menjalani uji kelaikan sejak  16 Juni - 31 Juli 2016, Pesawat Terbang Tanpa Awak atau Drone OS-Wifanusa secara resmi mengantongi Sertifikat Kelaikan Udara Militer dari IMAA (Indonesian Military Airworthiness Auhority) Puslaik Kementerian Pertahanan.

Penyerahan sertifikat dari IMAA dilaksanakan di Ruang Kerja Kepala Badan Sarana Pertahanan Kemhan di Jakarta. Sertifikat diserahkan langsung oleh Kabaranahan Laksda TNI Ir. Leonardi, M.Sc. didampingi Kapuslaik Laksma TNI Sofyan kepada salah satu inventor Drone OS-Wifanusa Dr Yulian Paonganan.

"Kami sangat terharu dan bangga dengan pengakuan negara atas hasil karya kami ini dengan diterbitkannya Sertifikat Kelaikan Udara Militer dari IMAA, semoga hasil karya kami ini bisa jadi kebanggan Indonesia dan dapat digunakan untuk kepentingan pertahanan negara" kata Ongen biasa Yulian Paonganan disapa, kepada pers, Rabu.

"Pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada Menteri Pertahanan RI dan jajarannya yang telah memberi kepercayaan kepada kami untuk memproduksi Drone ini," ujar Ongen.

Sebelumnya diberitakan, Drone OS-Wifanusa yang mendapatkan sertifikat ada dua type yaitu OS-Wifanusa SL-D70 (wingspan 4.2mtr) dan OS-Wifanusa SL-D28 (wingspan 6.4 mtr) dengan endurance 6-8 jam dan 8-10 jam dengan payload berupa kamera surveillance canggih dan kamera pemetaan multispektran dan medium format resolusi tinggi.

Salah satu keunikan Drone OS-Wifanusa adalah take off dan landing di air dan di darat maka layak disebut sebagai Amphibious Drone. Kemampuan terbang bisa mencapai 5.000 MSL.

Drone OS-Wifanua diciptakan oleh anak bangsa secara mandiri, Inventor dari drone ini adalah Dr Y Paonganan, MSi, Laksamana TNI Ade Supandi, SE, MAP dan Oky Suanandi. Sebagai Cheif Engginering adalah Prof Dr Hisar Pasaribu, M.Sc.

KECANGGIHAN DRONE AMPHIBI PERTAMA BUATAN INDONESIA OS-WIFANUSA.

OS-Wifanusa yang diproduksi oleh PT Trimitra Wisesa Abadi diperkenalkan sebagai pesawat tanpa awak atau "drone" pertama berjenis amfibi dan memiliki kemampuan lepas landas serta mendarat di air maupun darat.

"Kondisi geografis Indonesia 'kan 70 persennya perairan, pesawat tanpa awak jenis amfibi ini dibuat terutama untuk melakukan pemantauan di wilayah perairan perbatasan dimana kita tidak perlu mencari landasan darat," ujar Programmer PT Trimetra Wisesa Abadi Yosa Rosario dalam pameran pesawat tanpa awak di Direktorat Topografi TNI AD, Jakarta, Selasa.

Pesawat dengan bentang sayap 400 centimeter, panjang 319 centimeter dan tinggi 75 centimeter ini memiliki kemampuan sistem kontrol jarak jauh mencapai 100 kilometer dan secara "real time" atau "streaming" mengirim gambar video pada ketinggian jelajah 300 meter hingga 500 meter.

OS-Wifanusa mempunyai kemampuan mumpuni untuk terbang secara auto yang dilengkapi dengan sistem navigasi dan telemetri akurat serta lama terbang hingga 8-10 jam.

Pesawat ini juga dilengkapi kamera optik untuk video, kamera gimbal untuk inframerah serta kamera multispektral untuk foto udara.

Kamera multispektral juga sangat bermanfaat untuk mendeteksi warna dan melacak target yang telah diidentifikasi ciri-cirinya.

Saat ini OS-Wifanusa telah dipesan oleh Kementerian Pertahanan (Kemhan) dan Direktorat Topografi TNI AD (Dittopad).

"Kemhan memesan empat unit terdiri dari dua unit penuh dan dua unit cadangan, sedangkan Dittopad pesan satu unit penuh dan satu unit cadangan untuk pemantauan di perairan Natuna. Jadi total kami sedang menggarap enam unit," kata Yosa.

Setelah melalui proses penelitian selama dua tahun, Yosa dan timnya telah melakukan uji kelayakan badan pesawat OS-Wifanusa dibantu TNI Angkatan Darat.
Kendati harus meringkuk di balik terali besi karena sikapnya yang kerap mengkritik pemerintah, Yulian Paonganan, tetap memberikan karyanya untuk NKRI. Ongen, sapaan akrab Yulian Paonganan, tengah menyelesaikan tiga drone pesanan Kementerian Pertahanan.

Drone dengan nama OS-Wifanusa ini tengah dikerjakan di workshop-nya di Bandung, Jawa Barat. Sejatinya, drone karyanya ini banyak dilirik negara luar. Namun, Ongen tetap memilih memberikan karyanya untuk bangsa Indonesia.

Salah satu staf Ongen, Adhitya Ananta mengatakan Kemenhan memesan drone atau PTTA (Pesawat Terbang Tanpa Awak) sebanyak 4 unit.

“Rencananya 2 unit untuk perbatasan dan 1 unit untuk pengawasan ZEE Natuna,” kata Adhitya kepada wartawan di Jakarta, Selasa (2/2).

Adhitya menjelaskan, ada dua tipe spek drone yang dipesan oleh Kemenhan. Pertama, kata dia, untuk perbatasan memiliki benteng sayap 4,2 meter dan untuk ZEE Natuna 6.4 meter. Drone itu akan membawa payload kamera thermal video untuk surveillance. Kemudian, kamera medium format 80MP dan kamera multispektral untuk pemetaan.

"Kecanggihan lain dari drone ini adalah mampu take off dan landing di darat maupun di air," ungkapnya.

"Drone ini juga sudah dapat sertifikat uji litbang TNI AL dan sertifkat TKDN 28.01% dari Kemenperin," tegasnya.

Diketahui Ongen telah melakukan riset untuk membuat Drone dengan nama OS-Wifanusa ini selama hampir 1,5 tahun. Riset pembutan flying boat ini dengan membuat prototipe skala 1:3 yang berhasil terbang sempurna, dan sekarang memasuki proses pembuatan skala 1:1 yang nantinya bisa diawaki 4 orang.

Sebelumnya, Kadis Litbangal Laksma TNI Ir Fedhy E Wiyana beserta tim uji dari Mabes TNI AL dan Mabes TNI, menilai uji coba OS-Wifanusa berlangsung sukses.

“Kita patut berbangga atas karya anak bangsa ini, pesawat jenis ini sangat cocok dengan kondisi wilayah NKRI yang di dominasi lautan, semoga ke depan bisa dikembangkan untuk digunakan dalam menunjang berbagai aktivitas maritim, baik sipil maupun militer,” kata Fedhy.

Terkait dengan drone yang dipesan oleh Kemenhan, Ongen mendapat pujian dari pengguna media sosial. Bahkan, hasthag #DroneOngenKeren bisa tembus menjadi Trending Topic Indonesia.

Mereka pun mengaitkan jika penahanan Ongen atas dugaan pelanggaran UU ITE dan UU Pornografi terkait dengan ide besarnya soal drone.

“Anak bangsa yg punya keahlian & di akui #DroneOngenKeren dibui, manusia penjilat kaya penjol dan boni malah dikasih jabatan.#DroneOngenKeren,” tulis akun di Twitter.

Akun lain bahkan menyebut jika penahanan Ongen ada kaitannya dengan Amerika Serikat. “Gua curiga ditangkapnya Ongen adalah atas perintah AS, supaya temuan Drone-nya tdk berkembang dan mati"


PENJAGA PERBATASAN RI-MALAYSIA.

Demi menjaga wilayah perbatasan Indonesia, pihak Indonesia Maritime Institute (IMI) sedang menyiapkan Pesawat Terbang Tanpa Awak (UAV) type flyingboat yang diberi nama OS-Wifanusa yang dirancang khusus untuk pengawasan wilayah perbatasan baik darat maupun laut.
Direktur Eksekutif IMI sekaligus inisator, Dr Y Paonganan mengatakan, UAV tersebut didesain agar memudahkan pengoperasian di wilayah perbatasan ‎yang kondisnya relatif sulit jika menggunakan jenis UAV fix wing yang butuh landasan lebih dari 200 meter.
"UAV OS-Wifanusa didesain mampu lepas landas baik di sungai, danau, laut maupun daratan," kata Paonganan dalam keterangan persnya, di Jakarta.


Ongen biasa disapa menjelaskan, untuk lepas landas di air (sungai, danau dan laut) UAV ini hanya butuh panjang landasan 50 meter untuk lepas landas, sementara di darat hanya butuh 30 meter pada tanah rata untuk bisa lepas landas.
"Ketinggian jelajah minimum 300 meter dan maksimum 5000 meter dengan durasi terbang bisa mencapai 5 jam," katanya.
Doktor lulusan IPB itu menegaskan bahwa sistem UAV tersebut dirancang sendiri oleh tim dari IMI, antara lain memiliki kemampuan kontrol kendali terbang sejauh 100 km untuk ketinggian terbang 300 meter dan semakin tinggi akan semakin jauh jangkauanannya menerima real time video," tegasnya.
UAV juga dilengkapi dengan Mobile Ground Control Station‎ (MGCS) dilengkapi antena helical setinggi 6 meter dan monitor control system untuk memonitor UAV selama penerbangan. "UAV ini juga akan dilengkapi LIDAR system untuk keperluan foto udara dan pemetaan," terangnya.
Desain pesawat ini sampai proses produksi, UAV system, landing gear system dan propeller adalah buatan‎ anak bangsa yang tergabung di Indonesia Maritime Institute (IMI). "Kecuali beberapa komponen elektronik dan mesin yang masih kita import dan direncanakan akan kami buat sendiri," tandas Ongen.

#DroneOngenKeren.

No comments:

Post a Comment