Jamur shitake (Lentinula edodes) adalah jamur
konsumsi yang berasal dari Daratan China. Kepopuleran jamur ini
meningkat berkat andil masyarakat Jepang yang menyebarkannya ke seluruh
dunia. Sehingga di manapun tempatnya, jamur yang berbentuk menyerupai
jengkol ini tetap dinamakan shiitake.
Di habitat aslinya, jamur shiitake tumbuh dan
berkembang biak pada batang pohon shii yang sudah lapuk. Ciri-ciri jamur
ini yaitu memiliki payung berdiameter lebar yang ditumbuhi bulu-bulu
halus. Bagian atas payungnya berwarna cokelat tua, sedangkan bagian
bawah payungnya berwarna putih. Jamur shiitake bisa ditemukan di
pegunungan-pegunungan sepanjang kawasan Asia Timur hingga Asia Tenggara.
KLASIFIKASI
Regnum :Fungi
Divisi :Basidiomycota
Kelas :Homobasidiomycetes
Ordo :Agaricales
Famili :Marasmiaceae
Genus :Lentinula
Spesies :Lentinula edodes
Kandungan Vitamin Shiitkae cukup banyak, terutama vitamin B-kompleks,
seperti B₁ (tiamin), B₂ (riboflavin), B₁₂, serta niasin dan asam
pantotenat, juga vitamin D. Sementara itu kandunga protein Shiitake
lebih rendah daripada daging sapi, tetapi hampir sama dengan
kacang-kacangan. Yaitu antara 10-29 %. Kandungan karbohidratnya 43-78 %
(berat kering) dan termasuk bahan pangan rendah kalori, total mineral
antara 2.6-6.5 % dengan kandungan Ca, P, Fe, Na dan K yang ideal di
dalam pangan.
1. Persiapan Ruangan Budidaya.
2. Pembuatan Media Pertumbuhan
3. Penanaman Jamur Shiitake
4. Proses Inkubasi Media Tanaman
5. Pemeliharaan dan Perawatan Baglog
6. Proses Pemanenan Jamur Shiitake
KLASIFIKASI
Regnum :Fungi
Divisi :Basidiomycota
Kelas :Homobasidiomycetes
Ordo :Agaricales
Famili :Marasmiaceae
Genus :Lentinula
Spesies :Lentinula edodes
Tabel 1. Komposisi kandungan gizi Shiitake (per 100 gram)
Komposisi
|
Jamur Segar
|
Jamur Kering
|
Kadar air
Protein
Lemak
Gula
Serat
Abu
Kalsium
Fosfor
Besi
Kalium
Natrium
Magnesium
Vitamin B₁
Vitamin B₂
Niasin
Asam askorbat
Pro vitamin D-2
Nilai buangan
|
92,8 g
1,5 g
0,4 g
5,4 g
0,6 g
0,3 g
8 mg
39 mg
0,7 mg
< 0,1 mg
0,1 - 0,9 mg
< 0,1 mg
0,40 mg
0,40 mg
4,6 mg
3 mg
< 0,1 mg
10 %
|
15,8 g
12,5 g
1,6 g
60,0 g
5,5 g
4,6 g
16 mg
240 mg
3,9 mg
1,534 mg
13/1,079 mg
132.247 mg2
1,00 mg
1,000 mg
10,0 mg
9,4/60 mg
0,06 – 27 %
10 %
|
Tabel 2. Kandungan asam amino Shiitake.
Kandungan Asam Amino
|
Kandungan (mg/gr protein)
|
1. Asam amino esensial
- Isoleusin
- Leusin
- Lisin
- Metionim
- Sisitin
- Fenilalanin
- Tirosin
- Treonin
- Triptofan
- Valin
|
218
348
174
87
-
261
174
261
-
261
|
Total
|
1.748
|
2. Asam amino nonesensial
- Arginin
- Histidin
- Alanin
- Aspartat
- Asam glutamate
- Glisin
- Prolin
- Serin
|
348
87
305
392
1,349
218
218
261
|
Total
|
4.962
|
Tabel 3. Kandungan vitamin dan mineral Shiitake
Kandungan
|
Jamur shiitake
| |
Kering
|
Basah
| |
Tiamin
Riboflavin
Niasin
Vitamin C
Kalsium
Fosfor
Besi
|
0,4
0,9
11,9
0
98
476
8,5
|
7,8
4,9
54,9
0
12
171
4,0
|
Budidaya jamur shiitake paling ideal dilakukan di
daerah yang memiliki ketinggian 700 sampai 1.200 meter dpl. Mengingat
jamur shiitake tumbuh secara alami di hutan rimbun yang bersuhu rendah,
maka tempat pemeliharaannya juga perlu disesuaikan sedemikian rupa agar
intensitas cahaya dan tingkat kelembabannya menyerupai tempat asalnya.
Begitupun dengan media pertumbuhan jamur shiitake sebaiknya dibuat
mendekati kondisi tempat tumbuh jamur ini di alam.
Sebagaimana jamur-jamur yang lainnya, budidaya jamur
shiitake biasanya dilakukan di ruangan tertutup. Hal ini dilakukan guna
menciptakan kondisi lingkungan yang mirip dengan habitat asli jamur
shiitake tumbuh. Ruangan bisa berbentuk bangunan permanen agar lebih
awet dan lebih mudah dirancang.
Untuk memaksimalkan ruangan budidaya,
sediakan beberapa rak bertingkat sebagai tempat menyusun
kantong-kantong baglog jamur shiitake secara vertikal. Biasanya, rak-rak
ini terbuat dari material bambu tua sehingga biaya pembuatannya lebih
rendah, daya tahannya lama, dan tidak mudah lapuk. Semakin tinggi rak
yang disediakan, semakin besar pula daya tampung ruangan tersebut. Namun
perlu diperhatikan juga aspek kemudahan aksesibilitas dalam
pemeliharaan jamur-jamur ini nantinya.
Perlu diketahui bahwa di lingkungan aslinya, jamur
shiitake layak dipetik setelah usianya mencapai lebih dari 12 bulan.
Dengan memanfaatkan media penanaman yang tepat, anda bisa mempersingkat
waktu panennya menjadi sekitar 6 bulanan.
Selain serbuk kayu, media penyimpanan juga
membutuhkan bekatul sebagai sumber nutrisi, kapur (CaCO3) sebagai
pengatur tingkat keasaman, dan air sebagai pengencer media agar mudah
tercampur rata. Adapun komposisi yang biasa digunakan yaitu serbuk kayu
sebanyak 80-90 persen, bekatul sejumlah 5-15 persen, kapur sekitar 1
persen, dan air secukupnya sampai media mengandung 65 persen air. Untuk
meningkatkan kandungan nutrisi yang terdapat di dalam media log,
disarankan menambahkan biji-bijian hingga 1-2 persen.
Setelah media penanaman selesai dibuat, media
tersebut belum bisa dipergunakan langsung. Media harus melewati proses
fermentasi terlebih dahulu selama 4-7 hari agar kondisinya benar-benar
ideal untuk pertumbuhan jamur. Caranya yaitu masukkan campuran media
penanaman tadi ke dalam ember besar, lalu tempatkan di ruangan yang
lembab dan terlindungi. Setiap hari, media perlu dibalik sedemikian rupa
untuk mematikan kandungan jamur liar di dalamnya. Proses fermentasi
bisa dikatakan selesai apabila telah melewati waktu yang disarankan dan
warna media berubah menjadi cokelat tua agak kehitam-hitaman.
Langkah berikutnya adalah proses sterilisasi media
penanaman. Pertama, media dimasukkan ke dalam kantong plastik baglog
lalu dipadatkan. Selanjutnya, kukuslah media penanaman tersebut
menggunakan uap air bersuhu 90-110 celcius selama 5-7 jam. Tujuan proses
sterilisasi adalah untuk menyucikan baglog dari hama, kuman, bakteri,
dan bibit penyakit. Ketiga, letakkan media-media penanaman jamur
shiitake ini ke dalam ruangan yang telah dipersiapkan dan biarkan selama
24 jam agar suhunya kembali normal.
Seluruh rangkaian proses penanaman bibit jamur
shiitake dilakukan di ruangan yang bersih dan steril. Semprotkan lah
cairan alkohol ke kapas penyumbat botol bibit F3 lalu panaskan kapas
tersebut memakai api spiritus sampai sebagian permukaan kapasnya
terbakar. Setelah itu, matikan api yang menyala dan lepaskan kapas
penyumbat tadi untuk membuka botolnya. Aduk-aduk sebentar isi botol
menggunakan kawat yang sudah disterilkan. Selanjutnya, oleskan bibit ke
permukaan bagian leher baglog hingga tertutupi penuh. Sebagai lapisan
teratas, tutup kembali permukaann baglog menggunakan kapas di bagian
atasnya.
Yang perlu diperhatikan dengan seksama saat menanam
bibit jamur adalah aspek kebersihannya. Hal ini dikarenakan, kondisi
bibit saat berada di stadium miselium masih rentan sekali terhadap
perubahan lingkungan. Perubahan kondisi sekecil apapun akan berpengaruh
besar terhadap tingkat kesuksesan budidaya yang anda lakukan. Selain itu, perhatikan juga aspek kelembaban dan temperatur di ruangan penanaman.
Proses inkubasi adalah proses pemeliharaan miselium
pada baglog. Proses ini biasanya dilakukan di dalam ruangan yang bersuhu
konstan sehingga tingkat kelembaban di dalam baglog dapat
dipertahankan. Tidak dianjurkan mengatur kelembaban ruangan, baik dengan
menyemprotkan air atau cara lainnya. Hal ini dikarenakan meningkatnya
kelembaban ruangan inkubasi tidak berpengaruh besar terhadap kelembaban
di dalam plastik. Salah-salah justru kelembaban ruangan bisa memunculkan
spora-spora liar yang malahan bakal mengganggu pertumbuhan bibit jamur.
Jamur shiitake mempunyai keistimewaan karena tingkat
kesulitan pemeliharaannya tergolong mudah. Bentuk perawatan yang harus
diberikan selama membudidayakan jamur ini relatif lebih sederhana
dibandingkan dengan budidaya jamur yang lainnya. Adapun metode
perawatannya meliputi menjaga kondisi di dalam ruangan, membuka kapas
seperlunya, dan memberikan rangsangan tertentu agar pertumbuhan jamur
lebih optimal.
Setelah baglog dipenuhi miselium sepenuhnya,
berikutnya baglog-baglog tersebut dapat dipindahkan ke ruangan
pemeliharaan. Selalu ingat bahwa saat ini anda berhadapan dengan jamur
yang notabene sangat rentan terhadap serangan kuman dan bakteri.
Sehingga kebersihan ruangan dan peralatan perlu menjadi prioritas utama.
Setelah melewati tahap pertumbuhan miselium, proses
berikutnya akan muncul benjolan-benjolan pada baglog kamu shiitake yang
terlihat menyumbul dengan ukuran bervariasi. Pada tahap ini, anda bisa
melonggarkan sedikit susunan kapas pada baglog tersebut supaya sirkulasi
udaranya menjadi lancar. Beberapa hari kemudian, terjadi proses
pigmentasi yang ditandai dengan perubahan warna baglog menjadi
kecoklat-coklatan. Artinya, anda bisa membuka kapas penutup baglog
sepenuhnya agar permukaan baglog tersebut mengeras seperti batang kayu.
Hal ini terjadi sebagai bentuk pertahanan diri jamur shiitake baik untuk
menjaga kondisi kelembaban di dalam baglog maupun terhadap kemungkinan
serangan dari jamur-jamur liar.
Tahap selanjutnya adalah pemberian rangsangan fisik
agar proses pembuahan jamur shiitake berjalan lancar yakni dengan
memanfaatkan semprotan air untuk membuat suhu baglog menjadi dingin.
Metode yang lain, bisa juga dengan merendam baglog ke dalam air bersuhu
15 C selama semalaman penuh. Setelah proses perangsangan selesai
dilakukan, anda bisa menata kembali baglog-baglog tersebut ke rak
penyimpanan.
Proses pemeliharaan berikutnya adalah pengaturan
kadar oksigen dan kelembaban udara di dalam ruangan. Proses ini
dilakukan dengan mengatur posisi ventilasi udara, seperti membuka
jendela ketika hujan dan menutupnya saat terik. Sedangkan untuk mengatur
kelembaban udara ruangan bisa dilakukan dengan menyemprotkan air ke
udara, bukan ke baglog.
Kunci utama dalam budidaya jamur shiitake adalah
menjadi kondisi kadar air di dalam baglog harus terus dipertahankan pada
angka 55-65 persen. Apabila kadar airnya terlalu tinggi atau terlalu
rendah, maka proses pembentukan primordial pada jamur shiitake bisa
terganggu. Adapun cara mempertahankan kadar air di dalam baglog adalah
dengan menjaga tingkat kelembaban udara di ruang budidaya berkisar 80
sampai dengan 90 persen. Setelah pertumbuhan jamur shiitake sudah cukup
dewasa, atur kembali tingkat kelembaban udara di ruangan berada di
antara 65-85 persen. Apabila kelembaban terlalu tinggi tekstur jamur
yang dihasilkan akan terlalu lembek dan mudah membusuk. Sedangkan jika
tingkat kelembaban ruangannya rendah, pertumbuhan jamur shiitake-nya
kurang optimal, kecil, dan teksturnya terlalu keras.
Pada umumnya, proses pemanenan jamur shiitake dapat
dilakukan setelah 5-6 bulan sejak proses inkulasi yakni ketika tudung
payung jamur sudah membuka hingga 60-75 persen. Setiap baglog bisa
dipanen sampai 2-3 kali per masa panen dengan waktu istirahat selama 6
bulan. Pemanenan yang terlalu lama akan menyebabkan kualitas jamur
menurun, sedangkan jika terlalu cepat dilakukan maka hasilnya kurang
maksimal dan kualitasnya masih rendah.
Proses pemanenan jamur shiitake dilakukan dengan
memotong batang-batang jamur yang telah layak. Selanjutnya, jamur
dikumpulkan di satu tempat dan disortir menurut ukuran lebar payungnya.
Terakhir adalah mendistribusikan jamur-jamur ini ke pengepul, pasar
tradisional, supermarket, dan restoran-restoran ala Asia Timur.
No comments:
Post a Comment