Translate

Tuesday, 13 December 2016

INI DIA BERBAGAI SATELIT BUATAN LAPAN INDONESIA

MENELISIK LEBIH DALAM BERBAGAI SATELIT BUATAN LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL (LAPAN)  INDONESIA

Siapa yang tidak mengenal Lembaga Penerbangan Dan Antariksa Nasional atau LAPAN yang merupakan salah satu industri strategis Indonesia yang bergerak dalam bidang ke-antariksaan LAPAN telah menciptakan berbagai hasil inovasinya diantaranya adalah Roket dan Satelit antariksa. Nah sekarang saya akan membahas tentang satelit buatan LAPAN karena untuk Roket sudah pernah saya poskan sebelumnya satelit buatan LAPAN tidak kalah canggih dengan satelit buatan luar negeri, Lalu apa saja satelit yang dibuat oleh lapan ::

1. LAPAN-TUBSAT (LAPAN A-1)

adalah sebuah satelit mikro yang dikembangkan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) bekerja sama dengan Universitas Teknik Berlin (Technische Universität Berlin; TU Berlin). Wahana ini dirancang berdasarkan satelit lain bernama DLR-TUBSAT, namun juga menyertakan sensor bintang yang baru. Satelit LAPAN-TUBSAT yang berbentuk kotak dengan berat 57 kilogram dan dimensi 45 x 45 x 27 sentimeter ini akan digunakan untuk melakukan pemantauan langsung situasi di Bumi seperti kebakaran hutan, gunung berapi, banjir, menyimpan dan meneruskan pesan komunikasi di wilayah Indonesia, serta untuk misi komunikasi bergerak.
LAPAN-TUBSAT membawa sebuah kamera beresolusi tinggi dengan daya pisah 5 meter dan lebar sapuan 3,5 kilometer di permukaan Bumi pada ketinggian orbit 630 kilometer serta sebuah kamera resolusi rendah berdaya pisah 200 meter dan lebar sapuan 81 kilometer. Manuver attitude ini dilakukan dengan menggunakan attitude control system yang terdiri atas 3 reaction wheel, 3 gyro, 2 sun sensor, 3 magnetic coil dan sebuah star sensor untuk navigasi satelit. Komponen-komponen inilah yang membedakannya dengan satelit mikro lain yang hanya mengandalkan sistem stabilisasi semi pasif gradien gravitasi dan magneto torquer, sehingga sensornya hanya mengarah vertikal ke bawah. Sebagai satelit pengamatan, satelit ini dapat digunakan untuk melakukan pemantauan langsung kebakaran hutan, gunung meletus, tanah longsor dan kecelakaan kapal maupun pesawat.
Kendali Sikap

Pengendalian LAPAN-TUBSAT berdasarkan pada konsep manajemen sudut momentum. Pengendalian kontrol dilakukan via 3 kemudi reaksi dan 3 magnetik. Pada pengendalian tambahan, 4 panel matahari dan 2 sel matahari digunakan sebagai sensor matahari kasar. Pencarian bintang digunakan untuk menyediakan penentuan yang lebih akurat terutama untuk menemukan arah daya gerak panas/garis vektor.
Control System
  • Software
Perangkat lunak pengendali LAPAN-TUBSAT menggunakan protocol 4 byte protocol yang dikembangkan oleh TU Berlin, dan sudah terbukti handal dalam operasi satelit seri TUBSAT.
  • Hardware

PCDH LAPAN-TUBSAT menggunakan Hitachi prosesor SH7045. Prosesor tersebut mempunyai 32 Bit RISC dengan kecepatan maximum 28.7 MHz. Kapasitas memori eksternalnya adalah 524 kB dan memori internal (RAM) 4 kB. PCDH LAPAN-TUBSAT juga memiliki 524 kB EEPROM, 16 kB PROM, dengan kecepatan 38.4 kbps SCI.
Prosesor tersebut bertugas menyalakan/mematikan perangkat-perangkat dalam satelit, mengambil data telemetri, maupun penyimpan dan membaca data dalam memori.
Prosesor menangani telemetri data dari 50 kanal analog, dengan menggunakan 8 analog/digital. 29 dari kanal tersebut adalah untuk pengukuran voltase dan ampere dan 21 kanal dialokasikan untuk pengukuran suhu atau bacaan analog lainnya. Prosesor juga bertugas mendistribusikan perintah yang diterima dari TTC namun tidak dialamatkan padanya. 

2. LAPAN A-2/ ORARI

Singapura yang luas wilayahnya hanya seukuran DKI Jakarta memang superior, keunggulan alutsistanya juga mencakup keberadaan satelit intai mata-mata yang konon berharga US$1 miliar. Siapakah negara yang diuendus Singapura? Mungkin Anda bisa mengira-ngira sendiri. Namun di kawasan Asia Tenggara, selain kompetisi kekuatan kapal selam, meski tak terang-terangan adu kemampuan satelit bisa jadi booming di masa depan. Indonesia memang belum punya satelit dedicated untuk militer, tapi untuk penguasaan teknologi rancang bangun satelit, Indonesia jelas punya taring. Selain rencana pengembangan nano satelit yang sempat bikin heboh, Indonesia lewat LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) sudah berbuat banyak untuk kemandirian satelit. Melanjutkan keberhasilan peluncuran wahana LAPAN-Tubsat yang dibuat di Jerman. LAPAN pada 28 September 2015 berhasil meluncurkan satelit kedua ke orbit, satelit yang diberi label LAPAN-A2 menjadi satelit pertama yang sepenuhnya buatan Indonesia, meski tetap menggunakan konsultan dari Jerman. LAPAN-A2 diluncurkan dari di Sriharikota, India dengan menggunakan roket PSLV-C23.
Berbeda dengan Palapa dan BRIsat yang bobotnya ribuan kilogram, maka LAPAN-A2 punya bobot hanya 74 kg dengan dimensi 500 x 470 x 380 mm, dalam klasifikasinya masuk kategiori satelit mikro. Meski punya ukuran tak lebih besar dari kardus TV, LAPAN-A2 sudah disokong beragam teknologi sensor canggih. Oleh LAPAN, satelit ini disasar untuk misi utama memonitor lalu lintas maritim, operasi keamanan laut, high performance surveillance system, dan menunjang komunikasi radio amatir. Misi yang disebut terakhir dikedepankan guna mendukung mitigasi bencana, maka satelit ini pun bisa disebut LAPAN-Orari (Organisasi Amatir Radio Indonesia).
Dengan misi-misi yang bermakna pengintaian, LAPAN dalam website resmi menjelaskan keberadaan perangkat Automatic Identification System (AIS). Dengan teknologi ini, LAPAN-A2 dapat melakukan identifikasi terhadap kapal yang akan melintasi wilayah jangkauan. Pada orbitnya sensor AIS memiliki radius deteksi lebih dari 100 km dan mempunyai kemampuan untuk menerima sinyal dari maksimum 2000 kapal dalam satu daerah cakupan.
Sedangkan untuk misi high performance surveillance system, LAPAN-A2 mengadopsi kamera digital observasi bumi dengan kamera 4 band multispectral scanning. Kamera itu beresolusi 18 m dengan cakupan 120 km dan kamera resolusi 6 m dengan cakupan 12 x 12 km. Kamera utama dilengkapi lensa 1000 mm CCD (charge coupled device) 2000 x 2000 pixels. Kamera utama ini punya ground resolution hingga 3,5 meter. Lalu kamera kedua dengan lensa color CCD 1000 mm dengan resolusi 752 x 582 pixels. Kamera kedua punya ground resolution hingga 5 meter. Ground resolution adalah ukuran terkecil obyek di permukaan yang dapat direkam pada data digital maupun pada citra foto.
Dilihat dari orbitnya di angkasa, LAPAN-A2 berbeda dengan BRIsat yang mengorbit secara geostasioner. LAPAN-A2 mengorbit secara ekuatorial pada ketinggian 650 km. Dilihat dari ketinggian orbit, satelit ini masuk kelas LEO (Low Earth Orbit). Karena mengorbit pada ekuator, maka satelit akan terus bergerak mengelilingi rotasi bumi. LAPAN-A2 melintasi wilayah Indonesia secara diagonal sebanyak 14 kali sehari, dengan kisaran 20 menit perputarannya.
Dengan menggunakan orbit LEO, memang biaya nya akan lebih murah, untuk orbit LEO misalnya, namun paling tidak dibutuhkan 20 satelit yang membentuk suatu konstelasi, hal ini karena kecepatan satelit dalam mengelilingi bumi lebih cepat dari kecepatan rotasi bumi, sehingga dibutuhkan banyak satelit agar setidaknya ada 1-2 satelit yang standby beroperasi di atas Indonesia. Dengan begitu maka koneksi ke darat tidak terputus.


Attitude Control System
Meski tak dibekali tenaga pendorong, unit pengendali satelit di bumi dapat mengendalikan pergerakan arah posisi satelit. Untuk menunjang hal tersebut, pada LAPAN-A2 sudah disertakan 3 wheel/fiber optics laser gyros dalam 2 CCD star sensors, 3 magnetic coils, 6 single solar cells untuk sensor surya, dan 3 axis magnetic field sensor. Sedangkan jalur komunikasi dari unit pengendali ke satelit mengusung 2 TTCs, frekuensi UHF 437,325 Mhz, 1200 bps, FFSK modulation, frekuensi radio 5W, S-band payload communication 2220 Mhz, RF output 3,5W. Untuk kinerja ‘otaknya,’ LAPAN-A2 juga ditunjang prosesor OBDH (On Board Data Handling) 32 bit RISC, kapasitas RAM (Random Access Memory) 1GB, dan flash memory eksternal 1MB.
Mendukung Tugas SAR
Satelit LAPAN-A2 juga akan dilengkapi dengan Automatic Packet Reporting System (APRS) yang mendukung komunikasi untuk penanganan bencana. Untuk hal ini, LAPAN bekerjasama dengan Orari. Hal memungkinkan LAPAN-A2 sebagai penghubungung sekitar 700 ribu pengguna radio amatir atau orari. Melalui Satelit Lapan A2, anggota Orari dapat berkoordinasi dengan tim SAR untuk mencari jalur evakuasi alternatif atau pengiriman bantuan. Automatic Packet Reporting System (APRS) juga mendukung pengiriman pesan singkat melalui gelombang radio yang dapat dilakukan menggunakan perangkat-perangkat penerima komunikasi radio modern.

3.LAPAN A-3/IPB

Satelit LAPAN A3 diluncurkan bersama dengan satelit lain dari Amerika Serikat, India, Jerman, Kanada, dari Sriharikota di negara bagian Andhra Pradesh, hari Rabu (22/06).
Thomas mengatakan setelah peluncuran pada pukul 10.55 WIB, satelit mengorbit di sekitar 500 km di ruang angkasa, sinyal pertama telah diterima di Berlin, Jerman dan akan diterima pada pukul 21.30 WIT di Biak, Papua, menandakan bahwa sistem dapat bekerja.
Thomas mengatakan satelit akan dapat membantu "identifikasi kapal pencuri ikan atau kegiatan lain yang ilegal" di perairan Indonesia.
Satelit LAPAN A3 akan berputar secara polar empat kali dalam sehari sementara Satelit LAPAN A2 -yang diluncurkan pada 2014 dan masih beroperasi- berputar secara ekuatorial sebanyak 14 kali sehari.

Untuk dapat beroperasi sepenuhnya diperlukan waktu paling tidak satu bulan guna mengatur sensor dari satelit, kata Thomas.
Kepala LAPAN, Thomas Djamaluddin, mengatakan satelit LAPAN A3 juga memiliki misi untuk menganalisis lahan pertanian, bekerja sama dengan Institut Pertanian Bogor, serta sejumlah uji ilmiah.
LAPAN mulai mengembangkan satelit pada tahun 2007 dengan LAPAN A1 setelah menjalani latihan di Jerman dan kemudian memproduksi sendiri generasi berikutnya LAPAN A2 yang diluncurkan pada 2014 dan yang terakhir Juni ini.
"Satelit ini dibuat murni di dalam negeri walaupun ada komponen impor. Kelebihan dari satelit sebelumnya dengan kompnen dalam negeri yang dipakai adalah star censor dan reaction wheel," kata Thomas.

4. LAPAN A-4

Setelah beberapa waktu lalu satelit LAPAN-A3 sukses diluncurkan, LAPAN berencana akan kembali meluncurkan satelit LAPAN-A4. Diperkirakan satelit ini akan rampung dua tahun lagi. Hal ini sebagaimana disampaikan Kepala Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN), Prof. Thomas Djamaluddin.

Bahkan, ia menerangkan satelit penginderaan jauh besutan LAPAN seri eksperimen akan diakhiri hingga satelit LAPAN-A5. Untuk pembuatan satelit LAPAN-A4 ini sedang dipersiapkan. Namun, secara umum, fungsi satelit LAPAN-A4 dan LAPAN-A5 hampir sama dengan generasi sebelumnya.

"Misi LAPAN-A4 dan LAPAN-A5 belum didefinisikan secara spesifik. Akan tetapi, secara umum mencakup pemantauan sumber daya alam dan lingkungan, pemantauan maritim, serta hal ilmiah," kata dia.

Thomas menerangkan teknologi yang disematkan pada satelit LAPAN-A4 dan LAPAN-A5 akan lebih canggih dan bobot pun melebihi dari generasi sebelumnya. Jika satelit LAPAN-A1 dan LAPAN-A3 tidak sampai 100 kilogram nantinya, LAPAN-A4 dan LAPAN-A5 bisa mencapai bobot 100 hingga 300 kilogram.

Mengenai kamera, satelit LAPAN-A4 masih menggunakan kamera seri sensor optik. Sementara itu, LAPAN-A5 sudah dengan sensor radar. "Sensor radar menangkap gelombang radio yang dipancarkan satelit, lalu dipantulkan objek di permukaan Bumi. Dengan sensor radar, kendala cuaca dan waktu malam bisa diatasi untuk mendapatkan data," pungkasnya.


Meluncurkan dengan Roket Sendiri

Satelit LAPAN-A1 hingga LAPAN-A3 diluncurkan dengan menumpang roket PSLV buatan India, peluncurannya pun juga dilakukan di Dhawan Space Center, Sriharikota, India. Namun saat ini, LAPAN sedang mengembangkan roket peluncur satelit (RPS) sendiri, yang mungkin akan digunakan untuk meluncurkan satelit kita secara mandiri nantinya.

Roket tersebut bernama RX-450. LAPAN berhasil meluncurkan roket RX-450 di Balai Produksi dan Pengujian Roket Pameungpeuk, Jawa Barat, pada Mei 2016 yang lalu. RX-450 merupakan roket sonda yang mempunyai diameter 450 mm yang dapat digunakan untuk mengukur parameter atmosfer.

Roket ini direncanakan mampu mencapai ketinggian dan jangkauan maksimum berturut-turut sebesar 44 km dan 129 km jika diluncurkan pada sudut elevasi 70 derajat. Roket RX-450 merupakan bagian dari roket bertingkat yang akan digunakan sebagai RPS. Uji terbang roket ini merupakan bagian dari tahapan dalam penguasaan roket RPS yang direncanakan dapat membawa muatan 50-100 kg ke orbit rendah.

Pada uji terbang roket RX-450 tersebut motor roket dapat berfungsi dengan baik untuk membawa terbang roket. Beberapa hal masih harus terus dilakukan untuk memperoleh hasil terbang yang maksimal.

Setelah peluncuran RX-450, LAPAN berencana untuk menuju peluncuran berikutnya yaitu RX-550 dan roket berdiameter yang lebih besar. Hasil peluncuran tersebut menjadikan motivasi bagi LAPAN untuk lebih maju dalam peningkatan dan pengembangan teknologi antariksa khususnya.

Mungkin hanya itu yang bisa saya poskan sebenarnya masih ada 1 satelit lagi yakni LAPAN A-5 yang merupakan satelit eksperimental terakhir yang akan dibuat setelah LAPAN A-4 yang kemudian LAPAN akan membuat satelit

-satelit lain yang lebih besar dan lebih canggih seperti mungkin akan membangun satelit militer sendiri. Kita tunggu saja, Indonesia sekarang sedang menuju kemandiriaannya mari kita dukung bersama demi kemajuan Indonesia.
SALAM NKRI.



No comments:

Post a Comment