Menganal Senjata Mekatronik 81 mm Yang Dikembangkan Oleh DislitbangAD.
Laboratorium Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI Angkatan Darat
sedang mengembangkan Mekatronik Mortir 81 mm yang bisa ditempatkan di
kendaraan taktis, seperti Panser Anoa.
“Ini merupakan kerja sama dengan peneliti dari Institute Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya,” ujar Kepala Laboratorium Dislitbang
Batujajar, Letkol Cpl Simon P Kamlasi saat pemaparan di kantornya, di
Batujajar, Bandung, Jawa Barat, 23/3/2017.
Mekatronik mortir 81 mm ini memiliki fitur pengoperasian secara
otomatis, berkat pemasangan motor DC sebagai penggerak yang juga dapat
dipasok dari sistem kelistrikan kendaraan.
Pengaturan sudut dongak (elevasi) dan sudut hadap kiri-kanan
(traversi) sepenuhnya dapat diatur dengan kontrol elektrik dari sistem
panel kontrol berbasiskan “laptop” atau kompueter jinjing.
“Software” atau perangkat lunak pengendali Mekatronik mortir 81mm
inipun sudah dilengkapi dengan sistem komputer balistik pengukur jarak
dan koordinat sasaran, disesuaikan dengan jenis proyektil dan “charges”
yang digunakan sehingga didapatkan solusi penembakan yang akurat.
Sebagian dari fungsi kontrol tersebut bahkan dapat diaplikasikan dari
“smartphone” atau telepon pintar berbasis Android melalui koneksi
“wifi” sehingga penembakan dapat dilakukan secara “remote” dari luar
kendaraan.
Pembuatan mekatronik mortir ini merupakan generasi kedua, di mana
pada tahun 2015 pihaknya juga pernah membuat mekatronik mortir. Ini
lebih baik dibandingkan generasi pertama, ujarnya.
Simon menyebutkan, mekatronik mortir 81 mm yang dibuat pada 2016 ini
masih purwarupa, belum diproduksi secara massal lantaran masih ada
penyempurnaan, seperti kelambanan pada sistem pengereman saat memutar,
masih terjadi guncangan saat penembakan dan lainnya.
“Kita targetkan 2018, mortir tersebut sudah mendapatkan sertifikasi
Dislitbang TNI AD dan bisa diproduksi secara massal. Sehingga, bisa
langsung ditempatkan di kendaraan taktis, Panser Anoa,” ucapnya.
Kepala Seksi Uji Senjata Munisi Laboratorium Dislitbang Batujajar,
Mayor Inf Suratmoko menambahkan, pembuatan mortir gerenasi pertama masih
manual, namun pada generasi kedua ini mengunakan hidrolik dan bisa
dikontrol serta diaplikasikan dari smartphone berbasis Android melalui
koneksi wifi sehingga penembakan dapat dilakukan secara remote dari luar
kendaraan.
“Kita harapkan 2018 bisa disempurnakan lagi dan bisa ditempatkan di kendaraan taktis,” ujar Suratmoko, berharap.
Pengembangan mekatronik mortir ini tidak bisa dilakukan pada tahun
ini, lantaran laboratorium tengah melakukan pengembangan kendaraan
bergerak lainnya, seperti kendaraan darat dan air. (Sumber: Jakartagreater.com).
Menghemat Tenaga Tentara.
Dalam peperangan, jumlah personel tentara harus dimaksimalkan.
Termasuk untuk urusan penggunaan senjata. Selama ini, dibutuhkan
setidaknya 15 personel TNI untuk mengoperasikan meriam. Maka dari itu Dinas Penelitian
dan Pengembangan Angkatan Darat (Dislitbangad) mengembangkan senjata Mekatronik mortir 81mm yang lebih canggih.
Seperti yang sudah diketahui Dalam pengoperasian alat ini menggunakan software dan hanya
membutuhkan tiga orang. Kepala seksi uji senjata amunisi laboratorium
Dislitbangad Mayor Inf Suratmoko menuturkan, mekatronik mortir 81mm
tidak menghabiskan tenaga personel tentara. Suratmoko menargetkan tahun
depan Mekatronik mortir 81mm akan mendapatkan sertifikasi.
"Mudah-mudahan tahun depan akan kita sempurnakan dan sertifikasi.
Kemudian meriam kita masih butuh 15 orang jadi prajurit kita habis. Kami
ingin meningkatkan hal-hal yang seperti ini nah inilah fungsinya
penelitian," jelas Suratmoko di Laboratorium litbang di Pusdik Kopassus
Batujajar, Bandung Kamis, (23/3).
Mekatronik ini bisa mencapai 85 derajat dari yang sebelumnya hanya 14
derajat saat masih menggunakan sistem manual. Suratmoko beralasan
keterbatasan tenaga dalam pengembangan menjadikan mekatronik ini baru
dikembangkan tahun depan.
Kekurangan pada alat saat ini adalah masih membutuhkan kursi untuk
menaruh mortir ke ujung laras. Nantinya jika sudah disertifikasi pada
2018, alat ini sudah ada di dalam kendaraan, sehingga pengoperasiannya
tinggal menggunakan GPS dan langsung ditembakkan ke sasaran.
"Kesulitan saat penembakan butuh kursi untuk menaruh mortir ke ujung
Laras. Jadi untuk penembakan tetap satu-satu. 2018 sudah disertifikasi
dan di kendaraan, jadi kita nggak lagi ngangkat mortir. Kita tinggal
mengarah dengan GPS lalu tembak," jelasnya.
No comments:
Post a Comment