Kapal Selam Kelas Scorpene Akan Dibuat Oleh Indonesia.
Indonesia berusaha meningkatkan kemajuan terkait rencana membangun kapal selam diesel elekterik kelas Scorpene, dalam kemitraan dengan
perusahaan pertahanan DCNS Perancis.
DCNS dan PT PAL Indonesia telah memperpanjang perjanjian kemitraan
yang berakhir pada bulan Desember 2016 untuk perakitan kapal selam. Nota
kesepahaman (MoU) meliputi perpanjangan perjanjian kerja sama industri
antara PT PAL dan DCNS “dengan maksud untuk akuisisi Indonesia atas
kapal selam.” Angkatan Laut Indonesia, yang terbesar di Asia Tenggara dalam jumlah
kapal dan prajurit, ingin memiliki 10 sampai 12 armada kapal selam.
Rencana penambahan itu merupakan bagian dari program Minimum Essential
Force (MEF) Angkatan Laut Indonesia.
Sebagai bagian dari program ini, Indonesia pada tahun 2012
menempatkan order senilai 1 miliar dolar AS untuk tiga kapal selam Korea
Selatan. Kapal selam pertama akan dibangun di Korea Selatan dengan
insinyur Indonesia terlibat aktif dalam proses pembangunan. Segmen kapal selam ketiga akan dibangun di Indonesia, sementara yang
ketiga dibangun oleh PT PAL di Surabaya. Ketiga kapal selam telah
didesain sebagai kelas Nagapasa, versi Angkatan Laut Republik Korea yang
didesain dengan Peningkatan Chang Bogo-class.
TNI Angkatan Laut juga mengoperasikan dua kapal selam Cakra-class, turunan dari Type 209 subs yang dikembangkan oleh Jerman. MoU antara DCNS dan PT PAL ditandatangani saat kunjungan Presiden
Perancis François Hollande ke Jakarta. Ketua DCNS Hervé Guillou dan
direktur PT PAL Firmansyah Arifin menandatangani MoU.
MoU juga mencakup kepentingan Indonesia dalam memperoleh kapal perang
permukaan untuk TNI Angkatan Laut di bawah dialog pertahanan
Indonesia-Perancis.
DCNS mencatat Indonesia ingin memperkuat kapasitas angkatan laut dan
berdiskusi dengan Perancis untuk mengeksplorasi proyek kapal selam dan
kapal permukaan yang akan dibangun di Indonesia dengan tingkat tinggi
dalam konten industri lokal, melalui kerja sama jangka panjang
Indonesia-Perancis.
“DCNS berkomitmen untuk membangun kemitraan jangka panjang dengan
industri Indonesia untuk meningkatkan teknologi tinggi dengan konten
industri lokal di Indonesia,” kata Guillou.
Kecanggihan Yang Dimiliki Kapal Selam Scorpene.
Scorpene menganut desain lambung modular, satu hal yang dirintis HDW
Jerman tatkala melansir kapal selam Type 209 yang juga dipakai TNI AL.
Selain dapat dilansir dengan varian berbeda, desain model modular
membuat rombakan dan peningkatan teknologi dapat mudah dilakukan tanpa
harus mengubah desain secara total. Struktur rangka Scorpene dirancang
untuk mudah ditambah atau dikurangi fitur serta kelengkapannya. Ini pula
yang memudahkan DCNS memasarkan Scorpene dengan label “customer
oriented.”
Singkat cerita, ada tiga varian utama Scorpene yang ditawarkan. Pertama
varian “Scorpene – Basic.” Varian beridentitas CM2000 ini merupakan
versi dasar yang dipasarkan dengan mengedepankan aspek teknologi tinggi
yang keseluruhan sub sistemnya kompak dan terintegrasi penuh. Scorpene
Bacis digerakkan oleh sepasang mesin diesel yang masing-masing mampu
menyemburkan daya lebih dari 1.250 kW.
Varian kedua “Scorpene – Basic AIP,”dengan identitas AM2000 adalah hasil
perkawinan antara kapal selam diesel listrik konvensional dan kapal
selam nuklir. Basic AIP (Air Independent Propulsion) alias mesin tidak
tergantung pada pasokan udara bebas layaknya mesin konvensional.
Sebenernya ada banyak sistem AIP. Namun yang dipilih DCNS untuk dipasang
pada Scorpene adalah yang disebut MESMA (Module d’Energie Sous-Marine
Autonome) yang sejatinya adalah reaktor sistem non nuklir. Cara kerjanya
memang mirip reactor nuklir, namun pemanasannya tidak menggunakan bahan
radioaktif melainkan campuran ethanol dan oksigen cair bertekanan
tinggi. Sistem sirkuit tertutup ini memanfaatkan uap bahan bakar untuk
menggerakan turbin, yang dalam perputarannya menyemburkan daya listrik.
Varian ketiga Scorpene adalah CA2000, punya ukuran lebih kecil karena
dirancang untuk coastal patrol.
Scorpene dilengkapi sistem manajemen tempur mutakhir SUBTICS (Submarine
Tactical Integrated Combat System) yang dilengkapi enam tabung peluncur
torpedo 21 inchi. Peluncuran baik tunggal maupun salvo dilakukan secara
otomatis. Dalam misi-misinya, Scorpene dapat membopong beragam
persenjataan, seperti 18 unit torpedo Black Shark. Selain itu bisa pula
membawa rudal anti kapal SM-39 Exocet. Kalaupun mau menebar ranjau tak masalah, Scorpene sanggup membawa 30
unit ranjau laut. Keberadaan SUBTICS serupa dengan adopsi
KongsbergMSI-90U Mk 2 pada kapal selam anyar TNI AL Changbogo Class.
Dalam mengendus sasarannya, Scorpene dipadati berbagai perlengkapan
sonar. Tipenya beragam, mulai dari long range passive cylindrical array,
intercept and acrive sonar, distributed array passive sonar, flank
array, high resolution sonar (khusus untuk menteksi ranjau laut dan
karang) serta sonar tarik (towed array). Kesemua sonar terintegrasi
penuh dan hasil endusannya dapat terjasi langsung di enam layar
multifungsi ukuran besar di ruang kendali.
No comments:
Post a Comment