Mungkin tidak semua orang tahu mengapa di tanggal 10 November diperingati sebagai hari pahlawan. Pada 10 November 2016 ini maupun 10 November di tahun tahun yang akan datang tentu bukan momentum sekedar hadiah untuk Indonesia, akan tetapi hari tersebut merupakan momentum dimana bangsa Indonesia kembali mengingat seberapa besar jasa para pahlawan yang telah berjuang keras memerdekakan tanah air ini.
SEJARAH HARI PAHLAWAN
Peringatan 10 November jadikan juga sebagai Hari Pahlawan karena pada jaman dulu terdapat satu momen hebat dimana terjadi suatu konfrontasi di Surabaya antara arek arek Suroboyo (anak anak Surabaya) melawan serdadu NICA. Sumarsono selaku mantan dari gerakan PRI (Pemuda Republik Indonesia) pun ikut andil dalam momen tersebut . Sumarsono lah yang memberi usul kepada Presiden Soekarno untuk merealisasikan tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan.
Peristiwa peperangan yang berlangsung di kota Pahlawan itu jadi legitimasi peran prajurit dalam usaha memerdekakan Indonesia. Menjadikan nilai kepahlawanan tercanang pada sebuah perjuangan untuk menghadapi agresi militer, dan guna memobilisasi kepahlawanan dengan militeristik. Maka dari itulah tanggal 10 November dijadikan sebagai hari Pahlawan.
Latar belakang insiden ini terjadi ialah terdapat peristiwa hotel yamato Surabaya. Saat itu masyarakat Belanda yang dipimpin oleh Mr. Ploegman mengibarkan bendera Belanda di puncak hotel Yamato. Hal tesebutlah yang membuat amarah warga di Surabaya pun naik. Hal itu dinilai sudah menghina kedaulatan bangsa Indonesia serta kemerdekaan Idonesia yang sudah diploklamirkan di tanggal 17 Agustus 1945.
Kemudian terjadilah peperangan antara warga Indonesia dengan para tentara Inggris di tanggal 27 Oktober 1945. Beberapa serangan kecil kemudian menjadi besar yang hampir saja membuat para tentara Inggris lumpuh, sebelum pada kelanjutannya Jenderal D.C Hwthorn pun mengharapkan bantuan dari Ir. Soekarno.
Keadaan hari demi hari mulai reda usai menandatangani gencatan senjata pada 29 Oktober 1945. Akan tetapi, bentrokan senjata masih saja terjadi. Bentrokan tersebut mencapai puncaknya saat pimpinan tentara Inggris untuk daerah Jawa Timur, yakni Brigadir Jenderal Mallaby terbunuh. Mobil yang dinaiki oleh Brigadir Jenderal Mallaby berpapasan dengan kelompok milisi dari Indonesia. Karena sebuah kesalahpahaman, akhirnya terjadilah baku tembak yang kemudian membuat Brigadir Jenderal Mallaby tewas.
Pada tanggal 10 November 1945 pagi hari, tentara Inggris melakukan aksi yang disebutnya sebagai Ricklef pada pojok pojok kota Surabaya. Pertempuran yang mengerikan pun dibalas dengan pertahanan dari ribuah penduduk kota. Pasukan Inggris telah berhasil merebut kota dalam waktu tiga hari saja. Namun, pertempuran benar benar redam setelah tiga minggu. Terdapat sekitar 6000 rakyat Indonesia gugur serta ribuan penduduk ada yang meninggalkan kota.
MAKNA HARI PAHLAWAN
Terdapat ungkapan yang populer menyebutkan bahwa “Bangsa yang besar ialah bangsa yang menghargai dan menghormati jasa pahlawannya”. Apabila bangsa tidak memiliki pahlawan berarti sama saja bahwa bangsa tersebut tidak mempunyai hal yang dibanggakan. Apabila suatu bangsa tak mempunyai sosok yang patut untuk dibanggakan, maka bangsa itu merupakan satu bangsa yang belum memiliki harga diri.
Mengapa hari pahlawan diperingati pada tanggal 10 November? Pasalnya, saat itu para pahlawan bangsa Indonesia telah bertempur keras untuk memerdekakan Tanah Air. Hanya bersenjatakan bambu runcing, namun para pejuang bangsa ini mampu menghadapi tentara Inggris yang ada di Surabaya dengan gagah dan berani. Senjata api yang dimiliki Indonesia saat itu sangatlah minim. Akan tetapi, perjuangan yang telah dilakukan para pahlawan Indonesia begitu besar. Terdapat salah satu tokoh terkenal dalam perjuangan itu, ia adalah Bung Tomo. Bung Tomo sanggup kobarkan semangat para pemuda di Surabaya melalui siaran siaran radio.
Memang saat ini masyarakat Indonesia tidak lagi turut melawan penjajah seperti halnya para pahlawan kala itu. Oleh karena itu sekarang ini tugas untuk para penerus bangsa ini adalah memberikan arti baru mengenai kepahlawanan untuk mengisi kemerdekaan Indonesia ini yang tentunya seiring dengan perkembangan zaman.
DAN INILAH FAKTA MENARIK TENTANG SEJARAH HARI PAHLAWAN 10 NOV 1945
Bonek juga ikut andil
Mungkin saat ini kamu jika mendengar kata Bonek adalah para pendukung
setia Persebaya yang dikenal sangat solid. Ternyata kesolidan Bonek
(Bondo nekat atau modal nekat) ini sudah terjalin sejak pecahnya perang
10 November 1945.
Bonek saat itu juga ikut andil membantu pejuang melawan penjajah. Bonek terdiri dari para ABG usia belasan tahun dan diutus menjadi sukarelawan untuk mengawal para juru runding. Perhitungannya, nggak mungkin tentara Inggris menembak remaja-remaja yang tidak bersenjata. Bonek akhirnya menjadi semacam 'perisai hidup' dari dan menuju lokasi perundingan yang berdekatan dengan basis pertahanan tentara Inggris.
Bonek saat itu juga ikut andil membantu pejuang melawan penjajah. Bonek terdiri dari para ABG usia belasan tahun dan diutus menjadi sukarelawan untuk mengawal para juru runding. Perhitungannya, nggak mungkin tentara Inggris menembak remaja-remaja yang tidak bersenjata. Bonek akhirnya menjadi semacam 'perisai hidup' dari dan menuju lokasi perundingan yang berdekatan dengan basis pertahanan tentara Inggris.
Kiai pun nggak lupa ikut perang
Nggak cuma tentara dan polisi yang berjuang mengangkat senjata melawan
penjajah. Tokoh-tokoh agama seperti kiai pondok pesantren di Jawa pun
nggak absen ikut berperang.
KH Hasjim Asy'ari, KH Wahab Hasbullah dan masih banyak kiai lainnya mengerahkan para santrinya sebagai milisi perlawanan penjajah. Karena pada saat itu banyak masyarakat yang lebih patuh terhadap kiai dibanding kepada pemerintah. Makanya kekuatan para kiai saat itu juga cukup berpengaruh terhadap perlawanan Indonesia pada penjajah.
Arek-arek Suroboyo yang cerdik
KH Hasjim Asy'ari, KH Wahab Hasbullah dan masih banyak kiai lainnya mengerahkan para santrinya sebagai milisi perlawanan penjajah. Karena pada saat itu banyak masyarakat yang lebih patuh terhadap kiai dibanding kepada pemerintah. Makanya kekuatan para kiai saat itu juga cukup berpengaruh terhadap perlawanan Indonesia pada penjajah.
Arek-arek Suroboyo yang cerdik
Meskipun nggak menguasai alat perang modern seperti milik penjajah, para
pejuang kita nggak kehilangan akal untuk melawan penjajah. Dengan
kode-kode khusus, mereka bisa memberi tanda jarak bom atau mortir akan
meledak.
Jika masih terdengar "Siiiiiiuuutttt" mereka masih tenang karena tandanya bom masih jauh, dan ketika terdengar "wes-ewes" itu tandanya bom sudah dekat artinya mereka harus segera berlindung atau tiarap.
Jika masih terdengar "Siiiiiiuuutttt" mereka masih tenang karena tandanya bom masih jauh, dan ketika terdengar "wes-ewes" itu tandanya bom sudah dekat artinya mereka harus segera berlindung atau tiarap.
Tentara Belanda cengeng juga
Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP) memang usianya masih
muda-muda. Namun semangat dan kekuatan mereka nggak bisa diremehkan
begitu saja. Salah satu buktinya adalah saat TRIP mampu menyergap
pasukan tentara Belanda dan menawan salah satu tentaranya untuk bisa
ditukar dengan pejuang yang ditawan.
TRIP meminta tentara Jepang yang ditawan ini untuk melepas segala tribut perangnya, termasuk seragam kebanggaan tentara Belanda. Saking ketakutannya, konon tentara Belanda sampai menangis dan mohon ampun pada TRIP yang berpenampilan 'sangar' kala itu. Hebat!
TRIP meminta tentara Jepang yang ditawan ini untuk melepas segala tribut perangnya, termasuk seragam kebanggaan tentara Belanda. Saking ketakutannya, konon tentara Belanda sampai menangis dan mohon ampun pada TRIP yang berpenampilan 'sangar' kala itu. Hebat!
Pasukan Madura 'dipalak' para pejuang
Saat itu ada beberapa warga Madura yang dikontrak tentara Belanda untuk
menjadi elemen pasukan Belanda di Kali Porong. Para pasukan Madura tak
henti-hentinya diejek dan 'disuarani' oleh para pejuang dengan sumpah
serapah dan kata-kata kasar karena dianggap sebagai pengkhianat.
Namun di kala Kali Porong Surut, para pejuang tanpa rasa takut menyeberangi Kali Porong dan mendekati basecamp pasukan Madura berjaga untuk meminta persediaan makanan dan air, bahkan stok peluru. Mungkin karena merasa bersalah dengan para pejuang, akhirnya para pasukan Madura ini 'pasrah' pada permintaan para pejuang.
Namun di kala Kali Porong Surut, para pejuang tanpa rasa takut menyeberangi Kali Porong dan mendekati basecamp pasukan Madura berjaga untuk meminta persediaan makanan dan air, bahkan stok peluru. Mungkin karena merasa bersalah dengan para pejuang, akhirnya para pasukan Madura ini 'pasrah' pada permintaan para pejuang.
Bayonet Jepang ditukar pisau dapur
Bung Tomo adalah salah satu pemuda yang aktif melobi Jepang untuk
menyerahkan senjata pada Indonesia. Dengan bekal kartu pers wartawan
Domei, Bung Tomo berhasil membohongi tentara Jepang. Dia mengatakan pada
tentara Jepang bahwa pimpinan mereka sudah setuju. Semua alat perang
senjata pun akhirnya terkumpul termasuk bayonet.
Namun ada satu tentara Jepang yang mengadu bahwa bayonetnya ikut disita pejuang, padahal itu penting untuk memasak. Seakan tak kehilangan akal, Bung Tomo pun mengganti bayonet Jepang dengan pisau dapur.
Namun ada satu tentara Jepang yang mengadu bahwa bayonetnya ikut disita pejuang, padahal itu penting untuk memasak. Seakan tak kehilangan akal, Bung Tomo pun mengganti bayonet Jepang dengan pisau dapur.
Ibu-ibu dan remaja putri juga ikut berperang
Saat pertempuran besar-besaran di Surabaya 10 November 1945, nggak cuma
para laki-laki dan tentara saja yang berperang. Rakyat sipil, pemuda dan
bapak-bapak juga ikut berperang untuk mengusir penjajah. Ibu-ibu dan
remaja putri pun nggak mau kalah, perempuan-perempuan saat itu juga
berperan besar. Mereka bertugas sebagai perawat dan menyediakan makanan
dengan memasak di dapur umum.
Bung Tomo sempat ditawan para pejuang
Bung Tomo atau Sutomo adalah salah satu pahlawan nasional yang paling
berjasa dalam pertempuran 10 November 1945. Bung Tomo memang bukan
tentara, tapi dia ikut berjuang melalui siaran-siaran berita di radio
yang dia bawakan untuk membakar semangat para pejuang kala itu.
Tapi kenapa kok Bung Tomo malah sempat ditawan pejuang? Ternyata hal ini terjadi akibat kesalahpahaman antara Pemimpin Markas Besar Tentara Jawa Timur Dr Mustopo yang memerintahkan Pemuda Republik Indonesia (RPI) untuk 'melindungi' Bung Tomo. Pemuda Republik Indonesia mengira 'melindungi' adalah menangkap Bung Tomo, seperti perintah 'melindungi' antek-antek Belanda. Padahal maksud sebenarnya adalah benar-benar melindungi Bung Tomo dalam arti yang sesungguhnya.
Tapi kenapa kok Bung Tomo malah sempat ditawan pejuang? Ternyata hal ini terjadi akibat kesalahpahaman antara Pemimpin Markas Besar Tentara Jawa Timur Dr Mustopo yang memerintahkan Pemuda Republik Indonesia (RPI) untuk 'melindungi' Bung Tomo. Pemuda Republik Indonesia mengira 'melindungi' adalah menangkap Bung Tomo, seperti perintah 'melindungi' antek-antek Belanda. Padahal maksud sebenarnya adalah benar-benar melindungi Bung Tomo dalam arti yang sesungguhnya.
Tentara jarang ganti celana
Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP) saat itu juga mendapat seragam
seperti Tentara Republik Indonesia, yaitu berwarna khaki. Menggunakan
celana warna khaki pada saat itu adalah sebuah kebanggaan tersendiri.
Karena keadaan waktu itu, hampir setiap hari serangan bertubi-tubi
menyerang dan membuat mereka tidak pernah sempat berganti pakaian.
Hasilnya, celana yang awalnya berwarna khaki berubah menjadi
kehitam-hitaman.
Banyak pejuang yang kurang menguasai alat perang
"Mereka menyangka granat itu akan meledak dengan sendirinya jika terbentur tembok atau tanah," kata Bung Tomo.
Polosnya para pejuang Indoensia kala itu memberi kisah tersendiri pada serangan 10 November 1945. Banyak dari mereka yang kurang menguasai alat bahkan berperang dengan modal seadanya dan doa saja. Sungguh mulia bukan, hati para pejuang?
Polosnya para pejuang Indoensia kala itu memberi kisah tersendiri pada serangan 10 November 1945. Banyak dari mereka yang kurang menguasai alat bahkan berperang dengan modal seadanya dan doa saja. Sungguh mulia bukan, hati para pejuang?
Itu lah sedikit yang bisa saya poskan untuk kali ini jangan melupoakan sejarah karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya, SALAM JAYA NKRI
No comments:
Post a Comment