KIRAB 1 SURO KERATON KASUNANAN SURAKARTA HADININGRAT DENGAN KEBO BULE DAN 9 PUSAKA RAHASIA MILIK KERATON
Di Kota Solo saat ini terdapat sebuah Kerajaan bercorak Islam yaitu
Kasunanan Surakarta. Kasunanan Surakarta meruakan salah sat hasil
pemisahan dari Kerajaan Mataram Islam. Sampai saat ini di Kerajaan
Kasunanan Surakarta ini masih berdiri dan memiliki raja yang berkuasa.
Berbeda dengan Kasultanan Yogyakarta yang diberi keistimewaan untuk
menmerintah Provinsi Yogyakarta, Kasunanan Surakarta tidak memiliki
keistimewaan itu (Seharusnya solo juga memiiki keistimewaan tersebut karena ditahun 1945-1946 Provinsi Daerah Istimewa Surakarta pernah berdiri yang terdiri dari 7 kabupaten/kota Yakni SoloRaya/Karesidenan Surakarta(Surakarta,Boyolali,Sukoharjo,Karanganyar,Wonogiri,Sragen,dan Klaten)). Meskipun Kasunanan Surakarta masih berdiri namun
tunduk pada Pemerintahan Republik Indonesia sepenuhnya.
Sebagai sebuah kerajaan Islam, Kasunanan surakarta masih
melestarikan berbagai macam budaya yang bernafaskan Islam, salah satunya
adalah ketika memasuki Bulan Muharram atau malam tahun baru Islam,
Kasunanan Surakarta menyelenggarakan Kirab Budaya berupa kirab Kebo Bule Kyai Slamet.
Dalam Penanggalan Jawa, Bulan Muharram dikenal dengan Bulan Suro,
sehingga kirab Kebo Bule ini sering dikenal dengan Korab Malam 1 Suro.
Kebo Bule yang ada di Kasunanan Surakarta ini merupakan hewan yang
dikeramatkan pihak keraton. Kebo bule merupakan jenis Kerbau albino,
sehingga dari penampakannya berbeda dengan kerbau kebanyakan. Karena
albino, warna kerbau ini cenderung putih. Menurut pihak Keraton
Kasunanan, Kebo Kyai Slamet sendiri sudah meninggal beberapa tahun yang
lalu. Kebo bule yang sekarang masih ada ini adalah keturunan dari Kebo
Bule Kyai Slamet.
ASAL USUL KEBO BULE KYAI SLAMET
Nama Kyai Slamet sebenarnya bukanlah nama dari hewan kerbau bule, namun
nama dari pusaka kerajaan yang kasat mata. Kerbau bule inilah yang
bertugas menjaga pusaka kerajaan Kasunanan Surakarta ini. Namun karena
pusaka ini bersifat kasat mata dan hanya raja sendiri yang bisa
melihatnya, maka banyak orang yang menganggap Kebo bule itu sebagai Kyai
Slamet.
SEJARAH KIRAB 1 SURO KERATON KASUNANAN SURAKARTA
Pada saat Pemerintahan Pakoe Boewono II, sekitar abad ke 17 yaitu saat
Kerajaan Mataram masih di Kraton Kartasura, diceritakan bahwa di
kerajaan terjadi sebuah pemberontakan yang dilancarkan oleh Pangeran
Mangkubumi yang membuat Raja Pakoe Boewono II harus melarikan diri ke
Ponorogo. Di Ponorogo beliau ditampung oleh Bupati Ponorogo dan tinggal
di sana untuk beberapa waktu hingga kondisi aman. Pada masa pelariannya
di Ponorogo tersebut, Sang Raja Kartasura itu mendapatkan petunjuk gaib
atau wangsit bahwa pusaka Kyai Slamet harus ‘direkso’ atau dijaga oleh
sepasang ‘kebo bule’ atau kerbau albino jika ingin kerajaan aman dan
langgeng. Atas Kuasa Tuhan yang maha Agung, seolah gayung bersambut,
Sang Bupati Ponorogo tiba-tiba ingin menunjukkan bhaktinya kepada
rajanya dengan mempersembahkan sepasang ‘kebo bule’ kepada sinuwun. Kebo
bule atau kerbau albino adalah hewan peliharaan yang sangat langka,
hanya orang tertentu yang memilikinya. Maka sinuwun Pakue Boewono II
menerima dengan baik ‘pisungsung’ (persembahan) sang bupati dan
berterimakasih atas persembahan yang sangat sesuai dengan kebutuhannya.
Sinuwun membawa sepasang kerbau bule itu kembali ke Kraton Kartasura
setelah pemberontakan usai dan hingga kerajaan berpindah tempat ke Desa
Sala dan berganti nama menjadi Kraton Surakarta Hadiningrat.
Dalam peringatan naik takhta Paku Boewono VI, sekaligus pergantian
tahun dalam penanggalan Jawa malam 1 Sura, muncul kreativitas
menghadirkan sosok kebo bule yang dipercaya sebagai penjelmaan pusaka
Kyai Slamet dalam kirab pusaka.
KIRAB PUSAKA 1 SURO TAHUN 2016
Di tahun 2016 ini Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat memamerkan 9 pusaka rahasia milik Keraton
Sebanyak sembilan pusaka peninggalan Mataram Islam akan dikirab pada malam yang dianggap sakral bagi sebagian masyarakat itu.
Pengageng Museum Keraton Kasunanan Surakarta, KPH Satriyo Hadinagoro mengatakan, senjata yang dikirab tidak boleh disebutkan namanya.
"Senjata itu memang rahasia, tidak ada yang boleh mengetahui," kata Kanjeng Satriyo saat jumpa pers di Keraton Kasunanan Surakarta, Selasa (27/9/2016).
Senjata-senjata itu akan dibawa dan diiringi oleh para abdi dalem saat kirab mengelilingi Kota Solo.
Rute sepanjang tujuh kilometer akan dilewati dengan berjalan kaki dan tanpa berbicara.
"Mengacu pada tahun lali, lebih dari 7 ribu peserta mengikuti kegiatan malam 1 Sura nanti," lanjut Satriyo.
Kirab akan diberangkatkan dari keraton oleh Kondang atau pelaksana tugas Raja, yaitu KGPH Puger pada pukul 00.00 WIB.
Pada barisan depan tujuh kerbau bule keraton, yaitu Kebo Kyai Slamet juga turut diarak.
Beberapa kegiatan lain juga akan digelar pada malam tersebut, antara lain wilujengan khol Dalem SSISKS Paku Buwono X, atau peringatan meninggalnya PB X.
Selain itu, juga akan digelar salat Khajad di Masjid Paromosono Baluwarti selama kirab berlangsung.
No comments:
Post a Comment